Bagaimana Romawi dan Yunani Kuno Hadapi Masalah Perusakan Lingkungan?

By Sysilia Tanhati, Senin, 4 November 2024 | 14:00 WIB
Kekhawatiran perihal polusi dan perusakan lingkungan bukanlah hal baru. Ribuan tahun yang lalu, orang-orang di Yunani dan Romawi kuno telah mengetahui bahwa manusia merusak alam. (Public Domain)

“Jika pasukan yang banyak jumlahnya tetap berada di satu tempat pada musim panas atau musim gugur, airnya akan tercemar. Selain itu, udaranya juga tercemar. Pencemaran itu kemudian menimbulkan penyakit yang ganas dan mematikan. Hal tersebut tidak dapat dicegah oleh apa pun kecuali dengan berpindah tempat perkemahan.”

Penulis Romawi juga banyak berbicara tentang pencemaran sungai Tiber, yang mengalir melalui Roma.

Penulis biografi Suetonius, yang lahir sekitar tahun 70 Masehi, memberi tahu kita bahwa pencemaran Sungai Tiber. “Sungai Tiber dipenuhi dengan sampah dan menyempit karena bangunan-bangunan yang menjorok sebelum Kaisar Augustus mengambil tindakan untuk membersihkannya,” ungkap Suetonius.

Kebijakan yang buruk telah mencemari air sungai. Misalnya, Kaisar Nero (37–68 M) membuang sejumlah besar biji-bijian busuk ke sungai.

Penyair Romawi Juvenal (dari abad pertama dan kedua Masehi) menyebut Sungai Tiber sebagai "saluran pembuangan air yang deras". Dan Dokter Galen (129–216 Masehi) mengatakan bahwa Sungai Tiber sangat tercemar sehingga ikan yang ditangkap di sana tidak aman untuk dimakan.

Langkah-langkah bangsa Romawi dan Yunani kuno untuk melindungi lingkungan

Bangsa Yunani kuno dan Romawi memperkenalkan berbagai langkah untuk mencegah atau mengurangi kerusakan lingkungan.

Pada tahun 420 SM, misalnya, bangsa Athena memperkenalkan hukum untuk melindungi Sungai Ilissus. “Dilarang merendam bulu hewan di Sungai Ilissus di atas tempat suci Heracles dan menyamaknya. Dilarang membuang sisa pencucian ke sungai.”

Peneliti modern berpendapat bahwa hukum di Athena itu mungkin telah membantu Sungai Ilissus tetap bersih. Para penulis yang menulis pada abad keempat SM (setelah hukum tersebut diperkenalkan) menggambarkan Sungai Ilissus sebagai sungai yang murni dan indah.

Langkah-langkah lain untuk mengurangi polusi di Athena termasuk melarang buang air besar dan buang air kecil di tempat umum. Larangan mencuci pakaian atau membuang sampah ke sungai juga umum dilakukan. Namun, tidak mungkin masyarakat mematuhi larangan ini sepanjang waktu.

Beberapa penguasa juga mencoba melakukan pekerjaan umum seperti membangun saluran pembuangan dan saluran air untuk membersihkan polusi.

Misalnya, Kaisar Romawi Nerva (96–98 M), melakukan serangkaian proyek konstruksi untuk membuat Roma lebih bersih dan sehat.