Dari Fiksi Jadi Memori: Kisah Siti Nurbaya Jadi Identitas yang Kuat di Kota Padang

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 10 November 2024 | 10:00 WIB
Jembatan Sitti Nurbaya di Kota Padang menghubungkan kawasan kota lama di atas Sungai Batang Arau yang diresmikan pada 1995. Kisah fiksi Siti Nurbaya menjadi ingatan yang sangat lekat bagi masyarakat Kota Padang hari ini. (Ismail Zakaria/Kompas.id)

Nationalgeographic.co.id―Ada banyak nama tempat di Kota Padang dengan nama “Siti Nurbaya”. Mulai dari lembaga swadaya masyarakat, sekolah, taman ruang publik, tengara, sampai destinasi wisata. Tengara dan destinasi wisata Kota Padang yang menggunakan nama tersebut antara lain Makam Siti Nurbaya dan Jembatan Siti Nurbaya.

Sejatinya, Siti Nurbaya adalah nama seorang tokoh fiksi dari Marah Roesli dari novel berjudul Sitti Nurbaya tahun 1922. Dengan penggunaan namanya di berbagai tempat, menambah kekayaan pesona kebudayaan Sumatra Barat.

Marah Roesli merupakan sastrawan nasional dari suku Minangkabau dan berasal dari Sumatra Barat. Novel Sitti Nurbaya yang dibuatnya berisi tentang cinta terlarang karena perbenturan adat dan modernitas. Selain itu juga terinspirasi dari benturan antara kebudayaan Minangkabau dan kolonial Belanda.

Sejarawan dan sastrawan lainnya memperkirakan Sitti Nurbaya dibuat karena pengaruh buruk yang dialami Roesli dengan keluarganya. Keluarganya sangat menentang Roesli menikah dengan perempuan dari suku Sunda, dan menyuruhnya agar kembali ke Padang agar menikah dengan perempuan Minangkabau yang telah ditentukan.

Cerita dari Sitti Nurbaya begitu populer pada kalangan masyarakat di Kota Padang. Saking populernya, beberapa kalangan bahkan percaya bahwa cerita yang dialami Siti Nurbaya benar-benar terjadi.

Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya situs Makam Siti Nurbaya di Gunung Padang yang terkadang disebut sebagai Bukit Siti Nurbaya. Terdapat makam yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat peristirahatan terakhir Siti Nurbaya.

Gunung Padang bahkan dipandang sebagai latar tempat Siti Nurbaya dengan kekasihnya Syamsul Bahri bertemu. Sebab, tempat ini memiliki pesona alam Sumatra Barat yang sangat indah dengan pepohonan tropis yang rindang untuk bersantai bersama pasangan.

Keyakinan akan kebenaran cerita Siti Nurbaya bahkan diwujudkan lewat Jembatan Siti Nurbaya yang dibangun pada 1995. Jembatan ini menghubungkan Kota Padang menuju Gunung Padang dan Pantai Air Manis.

Jembatan Siti Nurbaya didesain dengan indah dan bernuansa seperti zaman kolonialisme Belanda. Dengan pemandangan berupa Sungai Batang Arau yang menjadi sarana transportasi air, dan daerah sekitar yang merupakan kawasan Kota Tua Padang yang dipenuhi bangunan peninggalan Belanda, membuat nuansa legenda begitu nyata.

Sejatinya, cerita Sitti Nurbaya memang berlatar tempat di Kota Padang pada awal abad ke-20. Dikisahkan bahwa Siti Nurbaya putri dari bangsawan Baginda Sulaiman telah saling jatuh cinta sejak remaja dengan Samsul Bahri. Bahkan, saat Samsul Bahri merantau ke Batavia, Siti Nurbaya masih setia.

Hanya saja, Baginda Sulaiman jatuh miskin akibat permainan bisnis yang licik oleh Datuk Maringgih yang iri padanya. Usaha Baginda Sulaiman bangkrut dan terpaksa membuatnya berhutang pada Datuk Maringgih.

Baca Juga: Tidak Ada 'Rumah Makan Padang' di Padang, Bagaimana Persebarannya Bermula?