Nationalgeographic.co.id—Krisis keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup global semakin mengkhawatirkan. Tiga krisis planet atau yang akrab disebut triple planetary crisis, yaitu, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta masalah polusi dan limbah yang masih terus menghantui.
Manusia telah mencoba selama bertahun-tahun agar bumi keluar dari situasi krisis. Namun, langkah mitigasi dan adaptasi masih tertinggal jauh dari dampak kerusakan yang telah terjadi.
Sebagai sebuah jawaban, kedepannya peran generasi muda dirasakan sangat penting. Mereka diharapkan dapat memahami permasalahan lingkungan yang sedang terjadi, dan ikut dalam mengambil tindakan nyata untuk menjadikan Planet Bumi sebagai tinggal tinggal yang lebih baik.
Namun, generasi muda tak dapat bergerak sendiri. Mereka membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan percepatan perbaikan melalui berbagai inovasi.
Menjawab kebutuhan tersebut, Yayasan KEHATI memfasilitasi siswa dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang memiliki ide inovasi untuk mengikuti kegiatan BW Camp 2024.
Kegiatan ini digelar selama 3 hari di Ciputri Camping Ground Gunung Bunder Kabupaten Bogor Jawa Barat. Melalui kegiatan ini, para peserta akan diberikan materi bagaimana memproses ide menjadi sebuah temuan yang diharapkan menjadi solusi dari permasalahan lingkungan.
“Sudah saatnya kita memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk berkreatifitas dalam program penyelamatan lingkungan. Mereka harus menjadi aktor utama dalam menentukan masa depan mereka sendiri,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.
Di tengah gempuran permasalahan lingkungan yang begitu dahsyat, para pegiat lingkungan khususnya generasi muda harus memiliki kemudahan dalam mengakses pengetahuan dan pendanaan.
Rika melihat Kegiatan BW Camp 2024 ini sejalan dengan tujuan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas, inovatif, dan siap dalam menghadapi tantangan nyata ke depan, salah satunya yaitu permasalahan lingkungan.
Sebagai pemateri, BW Camp 2024 menghadirkan tiga innovator muda yang telah berhasil menciptakan temuan-temuan di bidang lingkungan, antara lain, Muhammad Hafid Rosidin Founder and CEO PT Berkah Inovasi Kreatif Indonesia (BIKI), Muhamad Rifqi Al Ghifari Co-Founder and Chief Business Officer Banana and Partners, dan Mohammad Naufal CEO Carbon Addons.
Muhammad Hafid Rosidin bersama PT BIKI memiliki misi untuk mengurangi kehilangan dan pemborosan makanan dari buah dan sayuran di Indonesia melalui pembuatan low cost Chitasil edible coating untuk membantu para petani meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan.
Chitasil edible coating digunakan sebagai bahan pelapis yang dapat memperpanjang umur simpan bahan organik. Pelapis tersebut bisa mencegah pembusukan serta memperpanjang masa simpan sekitar 20 buah komoditas buah dan sayuran. Teknologi ini telah diterapkan di beberapa packing house se-Pulau Jawa.
Berfokus pada isu waste management, circular economy, dan energi terbarukan, Founder Banana and Partners Muhamad Rifqi Al Ghifari bersama rekan-rekannya membangun sebuah fasilitas pusat industri daur ulang rumahan yang diberi nama Pandora.
Rifqi fokus membangun solusi pada proses daur ulang sampah organik, anorganik, dan spesifik di Kalimantan. Atas inovasinya, Banana & Partners beberapa kali mendapatkan penghargaan, diantaranya juara 1 Shell Live Wire Energy Solution 2022, Runner Up Winner Shell Top Ten Innovator 2022, Juara 1 I-Start Bakrie Group 2022, dan lain-lain.
Terakhir, Carbon Addons menghadirkan aksi iklim yang mudah bagi pengguna online untuk menetralkan jejak karbon pembelian. Carbon Addons menggunakan Carbon Offset API/Plugin untuk platform pembelian daring.
Naufal berharap bisnis yang dikembangkannya dapat berkontribusi pada NDC & SDG13 Indonesia secara global pada tahun 2030 dengan membiayai proyek pengurangan karbon melalui sektor non-pemerintah dan menerapkan strategi Pentahelix, yang melibatkan pemerintah hingga akademisi.
“Kami berharap para peserta dapat memanfaatkan interaksi dan belajar dari ketiga pembicara di kegiatan ini. Mereka adalah inspirasi. Di usia yang masih muda, mereka berhasil membuat inovasi dari permasalahan lingkungan yang ada,” jelas Rika.