Tatkala Minuman Keras Jenever dari Belanda Memabukkan Hindia

By Galih Pranata, Selasa, 19 November 2024 | 12:00 WIB
Jenever, minuman keras yang dibawa Belanda ke tanah jajahannya, termasuk di Hindia, mendorong budaya minum dan industri alkohol yang memabukkan, sekaligus perantara perbudakan bagi elit Eropa. (Jenevermuseum Schiedam)

Nationalgeographic.co.id—Jenever, genever, atau disebut juga dengan gin, adalah minuman keras beraroma juniper, pohon yang tumbuh subur di Belanda. Sepanjang sejarahnya, Belanda telah berhasil memopulerkannya di hampir seluruh wilayah jajahannya.

Awalnya, minuman beralkohol Belanda diproduksi dengan cara menyuling anggur malt (moutwijn dalam bahasa Belanda) hingga kadar volume alkoholnya mencapai 50 persen. Namun, rasanya dianggap tidak enak karena kurangnya teknik penyulingan.

Maka, rempah ditambahkan untuk menutupi rasanya. Rempah itu adalah juniper yang dikenal memiliki khasiat sebagai obat. Atas alasan itulah "jenever" menjadi tengara namanya.

"Minuman beralkohol jenever yang terkenal memiliki sejarah panjang yang juga erat kaitannya dengan masa lalu kolonial Belanda," tulis dewan redaksi Historiek dalam artikel De rol van drank in de Nederlandse koloniale geschiedenis, terbitan 7 November 2024.

Jenever yang pernah dipandang sebagai simbol keahlian dan kekhasan Belanda itu menjadi produk ekspor bernilai, memainkan peran penting dalam aktivitas Belanda di luar negeri. Ketika Belanda memperluas pengaruhnya, gin sering kali mengikuti sampai ke Hindia.

Dalam kurun sejarah, menunjukkan bagaimana jenever digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan budak, bagaimana jenever memasok tentara kolonial dan bagaimana minuman menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Hindia.

Bahkan, adagium dari redaksi Historiek paling ekstrem menyebut: "perdagangan gin sejatinya mengungkap 'hubungan antara industri alkohol dan penindasan kolonial'."

Schiedam yang merupakan sebuah kota di Belanda, menjadi pusat penting produksi jenever pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Minuman ini dibawa oleh para kolonialis ke tanah jajahan mereka, paling banyak tersebar di Hindia Belanda dan Suriname.

Ketika gin sampai ke Hindia, ia dicampur dengan kina yang merupakan komoditas rempah terbesar sejak era VOC. Hingga abad kedua puluh, "gin merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk malaria, dilarutkan dan diminum dalam air tonik," tulis Lisa Lim.

Lisa Lim menulisnya kepada South China Morning Post dalam artikelnya bertajuk The story of gin, from its Dutch roots via London Gin to the gin and tonic, invented in British India to mask the bitter taste of anti-malaria medicine, terbitan 13 Juni 2023.

Dampaknya pun menjamur hingga ke berbagai lapisan dan kalangan, tak terkecuali para perwira militer. Lisa meneruskan bahwa untuk menutupi rasa pahit gin, perwira militer pada abad ke-19 akan menambahkan air, gula, jeruk nipis, dan gin.

Baca Juga: Benarkah Seseorang Menjadi Jauh Lebih Jujur Ketika Sedang Mabuk?