Bagi para ahli lainnya, hasilnya tidak sepenuhnya mengejutkan. Lumba-lumba adalah hewan yang sangat vokal. Jadi peneliti tidak terlalu terkejut bahwa individu ini masih mengeluarkan suara meskipun sendirian.
Lumba-lumba mengandalkan suara untuk aktivitas utama seperti berburu dan merasakan lingkungan di sekitarnya. Mereka juga menggunakan suara untuk berkomunikasi dalam jarak yang jauh.
Mengapa lumba-lumba penyendiri itu begitu vokal masih menjadi misteri. Ia mungkin berbicara kepada dirinya sendiri. Atau mungkin suara-suara itu merupakan suara yang tidak disengaja yang dipicu oleh emosi tertentu. “Seperti bagaimana kita terkadang tertawa ketika membaca sesuatu yang lucu, bahkan jika tidak ada orang lain di sekitar untuk mendengarnya,” kata Filatova.
Teori lain adalah bahwa ia berteriak dengan harapan menarik perhatian lumba-lumba lain di dekatnya. “Meskipun ini tampaknya tidak mungkin,” tambah Filatova. “Ia telah menghabiskan tiga tahun di daerah itu. Dan kemungkinan besar sekarang sudah tahu bahwa tidak ada lumba-lumba lain yang ada di sana.”
Gagasan bahwa vokalisasi lumba-lumba mungkin merupakan sinyal emosional yang tidak disengaja adalah elemen yang paling menarik dari penelitian. Hal ini memunculkan begitu banyak pertanyaan. Salah satunya adalah apakah kita dapat memanfaatkan komunikasi lumba-lumba untuk lebih memahami perilaku dan emosinya di alam liar.
Para peneliti biasanya tidak merekam suara yang dibuat oleh lumba-lumba penyendiri. “Mereka dianggap sebagai hewan buangan, sebagai hewan aneh. Jadi, tidak seorang pun benar-benar mengharapkan mereka menghasilkan suara yang layak didokumentasikan,” kata Filatova.
Namun, masih banyak yang harus dipelajari. Peneliti masih harus menempuh jalan panjang sebelum sepenuhnya memahami mengapa lumba-lumba mengeluarkan berbagai suara dalam repertoar mereka.