Mengendalikan Mimpi: Mengungkap Fenomena Lucid Dream

By Neza Puspita Sari Rusdi, Rabu, 20 November 2024 | 10:00 WIB
Sigmund Freud mengungkapkan bahwa mimpi membantu mengungkapkan keinginan dan konflik yang tersembunyi di alam bawah sadar kita, meskipun dalam bentuk yang terdistors. Lalu, bagaimanakah kita mengendalikan alam bawah sadar? (Pexels/vanyaoboleninov)

Nationalgeographic.co.id—Mimpi apa yang Anda ingat terakhir kali di waktu tidur? Umumnya, manusia dapat mengingat mimpinya dengan baik selama dua menit setelah terbangun dari tidur. Namun, setiap individu bisa berbeda dalam kemampuannya mengingat mimpi. Faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut ialah pola tidur dan aktivitas otak.

Ketika terlelap, Anda akan masuk ke dunia mimpi. Jadi sebenarnya apa itu mimpi?

Menurut Sigmund Freud dalam bukunya “The Interpretation of Dreams”, mimpi adalah gagasan dari sisi emosional yang tertekan. Artinya, mimpi merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan di kehidupan nyata sehingga terbawa ke alam bawah sadar di saat tertidur.

Mimpi terjadi di saat tubuh tertidur nyenyak. Setiap orang bisa bermimpi dua hingga enam kali dalam tidurnya. Tentu saja tidak semua mimpi dapat diingat.

Selama yang diketahui, ketika terlelap dan masuk ke alam bawah sadar, Anda tidak bisa mengontrol apa yang dilakukan selama tidur bukan? Namun, pernahkah Anda mendengar bahwa mimpi dapat dikendalikan?

Mengendalikan mimpi

Kemampuan seseorang mengendalikan dan bertindak sesukanya di bawah alam sadar—mimpi—disebut lucid dream. Situasi ini tidak sama dengan mimpi biasa yang kita rasakan ketika tidur. Ketika mengalaminya, kita akan sadar sedang berada di alam mimpi.

Saat memperoleh kesadaran di bawah alam sadar, kita akan punya kendali penuh untuk melakukan segala tindakan tanpa mempengaruhi kehidupan nyata.

David T. Saunder, Chris A. Roe, Graham Smith, dan Helen Clegg mengungkap sebuah meta-analisis penelitian 50 tahun yang terbit di jurnal Consciousness and Cognition. Mereka menyatakan bahwa 55 persen individu yang mereka teliti mengalami setidaknya satu kali lucid dream dalam hidup mereka. Dengan sisa individu lainnya melaporkan bahwa mereka mengalaminya selama bulanan atau lebih sering. 

Penelitian yang dilakukan oleh Stephen P. Laberge dan timnya dalam jurnal Perceptual and Motor Skills bertajuk “Lucid Dreaming Verified by Volitional Communication during Rem Sleep”, mengungkap individu yang mengalami lucid dream.

Laberge menuliskan, individu yang mengalami lucid dream melakukan perjalanan mimpi dengan melakukan pola gerakan mata tertentu selama tidur rapid eye movement (REM) atau tidur nyenyak. Ia dan timnya melakukan pengamatan dengan menggunakan teknologi elektrookulografi.

Baca Juga: Mengapa Kita Sering Tak Bisa Mengingat Mimpi? Ternyata Ini Alasannya