Yang paling menarik, manusia yang mendengarkannya menganggap suara peluit kematian Aztec sebagian berasal dari alam dan organik, seperti suara atau jeritan manusia.
“Hal ini sesuai dengan tradisi banyak budaya kuno untuk menangkap suara-suara alam dalam alat musik, dan dapat menjelaskan dimensi ritual suara peluit kematian untuk meniru entitas mitologis,” jelas Frühholz.
Respon afektif dan asosiasi simbolik
Tim peneliti melakukan eksperimen psikoakustik pada relawan Eropa. Peserta dihadapkan pada suara peluit kematian sementara aktivitas otak mereka dipantau menggunakan teknik neuroimaging. Hasilnya mengungkap adanya peningkatan aktivitas di korteks pendengaran, yang memproses suara, mengindikasikan keadaan siaga tinggi secara langsung.
Daerah otak yang termasuk dalam sistem saraf afektif merespons suara tersebut dengan kuat, yang sekali lagi menegaskan sifatnya yang menakutkan.
Namun, tim tersebut juga mengamati aktivitas otak di daerah yang mengaitkan suara dengan makna simbolis. Hal ini menunjukkan sifat "hibrida" dari suara peluit kematian ini, yang menggabungkan pengaruh psikoafektif dasar pada pendengar dengan proses mental simbolisme suara yang lebih rumit, menandakan sifat ikonografis.
Menghubungkan manusia modern dengan pendengar Aztec
Musik selalu memiliki dampak emosional yang kuat pada pendengar manusia baik dalam budaya kontemporer maupun kuno. Oleh karena itu, musik digunakan dalam konteks ritual keagamaan, dan mitologis.
Komunitas Aztec mungkin secara khusus memanfaatkan sifat menakutkan dan simbolis dari suara peluit kematian untuk memengaruhi penonton dalam prosedur ritual mereka, berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana suara tersebut memengaruhi manusia modern.
"Sayangnya, kami tidak dapat melakukan eksperimen psikologis dan neurosains dengan manusia dari budaya Aztec kuno. Namun, mekanisme dasar respons afektif terhadap suara menakutkan sama pada manusia dari semua konteks sejarah," kata Frühholz.
Dengan menguraikan reaksi otak terhadap bunyi-bunyian ini, para peneliti telah memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat kuno mungkin telah memanfaatkan rangsangan pendengaran untuk memengaruhi perilaku dan emosi.
Seperti yang disimpulkan oleh para penulis studi, "Pemanfaatan siulan peluit dalam konteks ritual tampaknya sangat mungkin, terutama dalam upacara pengorbanan dan upacara yang berkaitan dengan orang mati."