Dalam sambutan yang disampaikan secara daring tersebut, Dokter Adib juga berharap forum ini tidak hanya untuk meng-update knowledge, "tapi juga mampu memberikan rekomendasi kepada organisasi, kelompok profesi, tenaga medis, dan juga kepada pemerintah."
Sementara itu, melalui sambutan yang disampaikan secara daring, Direktur Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata Itok Parikesit memberikan ucapan selamat sekaligus mengapresiasi atas terselenggaranya IMMS 2024.
Untuk itulah, IMMS 2024 diakhiri melalui sebuah penguatan komitmen dari para peserta untuk membangun “Indonesia Wilderness Medicine Society”. Sebuah wadah yang akan memfasilitasi kolaborasi berkelanjutan dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam aktivitas wisata pendakian gunung.
Dari lokakarya hingga simposium
IMMS 2024 terbagi menjadi dua sesi utama: Workshop Wilderness Medicine in Practice (23 November 2024) serta Simposium Safe Mountaineering for all (24 November 2024).
Pada sesi workshop, peserta diajak untuk mempraktikkan langsung berbagai keterampilan pertolongan pertama dan penanganan darurat yang krusial dalam kondisi alam bebas. Beberapa topik yang dibahas antara lain:
* Pertolongan Pertama Perawatan Luka dan Patah Tulang: Bersama dr. Agung Malindo, peserta mempelajari cara merawat luka dan menangani patah tulang dengan benar di medan yang sulit.
* Navigasi Darat Tingkat Dasar: Galih Donikara memberikan pemahaman mendasar tentang navigasi darat, yang sangat penting untuk menghindari tersesat saat mendaki.
* Bantuan Hidup Dasar: Di bawah bimbingan dr. Reyner, peserta dilatih untuk memberikan bantuan hidup dasar kepada korban yang mengalami henti jantung atau pernapasan.
* Trauma Lingkungan: dr. Ratih C. Sari membahas berbagai jenis trauma yang dapat terjadi di alam bebas, seperti hipotermia, hipertermia, dan gigitan hewan berbisa.
Baca Juga: Mengapa Mendaki Gunung Sangat Bermanfaat bagi Tubuh dan Otak Kita?