JILF 2024: Kata-kata dan Tindakan Selaras pada Sastra Ekologi

By National Geographic Indonesia, Rabu, 27 November 2024 | 12:00 WIB
Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024 digelar 27 November - 1 Desember di Taman Ismail Marzuki, yang menampilkan kemunculan karya sastra dalam misi menyelamatkan Bumi. Gelaran tahun ini bertema 'Words and Actions Aligned on Eco-Literature'. Gelar Prakosa, ilustrator dalam buku program, mengungkapkan bahwa salah satu yang kerap membayangi pikirannya adalah mengenai ruang hidup dan persoalan sampah yang menggerusnya. (Gelar Prakosa/Jakarta International Literary Festival 2024)

Selain Hiromi Kawakami, tokoh internasional lain yang akan hadir adalah Naghmeh Mostashar Nezami, penyair, penerjemah, dan akademisi Iran. Naghmeh terlibat aktif dalam komunitas budaya dan sastra Iran. Karya sastranya mencakup kumpulan puisi Jejak Cahaya (2000), Seteguk Apel (2002), Begitu Banyak Bintang di Langitmu, tetapi Tiada Rembulan (2004), Seribu Empat Ratus Dua Puluh Tahun Setelah Dirimu (2006), dan Berapa Banyak Ruang yang Ada di Kopormu? (2018).

Kemudian, hadir juga Isabel Fargo Cole, seorang penulis, penerjemah, dan editor. Sejak 2005, ia menerbitkan fiksi pendek dan esai dalam bahasa Jerman. Novel debutnya, Die grüne Grenze (Edition Nautilus, 2017), dinominasikan untuk Penghargaan Leipzig Book Fair; novel keduanya, Das Gift der Biene (Edition Nautilus, 2019), terpilih untuk LiteraTour Nord 2019. Pada 2022, Die Goldküste. Eine Irrfahrt muncul dalam seri penulisan alam “Naturkunden” di Matthes und Seitz. Pada 2023, ia menerima penghargaan Literaturpreis der A & A Kulturstiftung untuk karya prosanya.

Tak kalah menarik, sesi-sesi diskusi buku, pitching forum, forum penerjemah yang mendiskusikan banyak topik, mulai dari sastra, arsitektur, kuliner sampai program profesional khusus penerbit dan penerjemah yang diselenggarakan oleh JakTent. Menghadirkan pembicara-pembicara ahli seperti Hilmar Farid, Fadly Rahman, Astrid Enricka, Priti Sharma, Kristian Cordero, dan masih banyak yang lain.

Sebagai penutup, Farwiza Farhan, aktivis lingkungan asal Aceh yang terpilih dalam daftar 100 Pemimpin Masa Depan oleh majalah internasional TIME, akan menutup JILF x JakTent tahun ini. Pidato penutupnya akan merefleksikan eksplorasi festival terhadap sastra ekologi, suara-suara yang terpinggirkan, dan imajinasi radikal, dengan menekankan bagaimana kata-kata dapat mengilhami tindakan kolektif dan menumbuhkan hubungan yang lebih dalam dengan planet kita.