Berperilaku Antisosial, Tukang Rundung Ternyata Punya Otak Lebih Kecil

By Utomo Priyambodo, Senin, 9 Desember 2024 | 08:00 WIB
Sebuah tim ahli saraf internasional pernah memindai otak para pelaku bullying atau tukang bully dan menemukan sesuatu yang mengerikan.
Sebuah tim ahli saraf internasional pernah memindai otak para pelaku bullying atau tukang bully dan menemukan sesuatu yang mengerikan. (Freepik)

Nationalgeographic.co.idPernahkah Anda bertemu dengan tukang bully atau orang yang gemar merundung orang lain? Bahkan dia tega merundung orang lain yang baru ditemui atau dikenalnya?

Tampaknya, memang ada yang bermasalah dengan otak tukang rundung semacam itu. Dan itu telah dikonfirmasi oleh hasil sebuah penelitian.

Sebuah tim ahli saraf internasional pernah memindai otak para pelaku perundungan dan menemukan sesuatu yang mengerikan: Otak para perundung tampak lebih kecil secara fisik dibandingkan otak lainnya.

"Temuan kami mendukung gagasan bahwa, untuk sebagian kecil individu dengan perilaku antisosial yang terus-menerus sepanjang hidup, mungkin ada perbedaan dalam struktur otak mereka yang membuat mereka sulit mengembangkan keterampilan sosial yang mencegah mereka terlibat dalam perilaku antisosial," kata Christina Carlisi, seorang peneliti di University College London yang menjadi penulis utama studi ini.

Dalam studi yang makalahnya telah terbit di jurnal bergengsi The Lancet ini, tim peneliti menggunakan mesin MRI untuk memeriksa otak 652 peserta.

Penelitian tersebut menemukan bahwa otak orang-orang dengan pola "mencuri, agresi dan kekerasan, merundung, berbohong, atau kegagalan berulang untuk mengurus pekerjaan atau tanggung jawab sekolah" seumur hidup berbeda, secara fisik, dari otak peserta lainnya.

Perbedaannya, korteks para pelaku perundungan jauh lebih tipis—dan seluruh otak mereka memiliki luas permukaan yang lebih sedikit— dibandingkan otak bukan tukang rundung yang dipindai oleh para ilmuwan.

Ringkasan singkatnya: pelaku perundungan "memiliki otak yang lebih kecil."

Kebanyakan orang yang menunjukkan perilaku antisosial melakukan bullying terutama pada masa remaja, kemungkinan sebagai akibat dari masa-masa sulit dalam bersosialisasi. Namun ada pertanda bahaya jika mereka masih menjadi tukang bully bahkan ketika sudah dewasa. (klingsup/Getty Images/iStockphoto)

Namun ada pengecualian utama dalam hasil riset ini. Yakni, para perundung yang sudah taubat atau insaf, otaknya tidak sekecil seperti otak para perundung seumur hidup atau mereka yang terus-menerus suka merundung orang lain.

Hasil penelitian ini memperlihatkan, otak orang-orang yang menunjukkan perilaku antisosial saat remaja tetapi tidak saat dewasa tidak menunjukkan kelainan seperti itu. Itu kabar baik bagi pelaku perundungan yang sudah bertaubat.

Baca Juga: Hal Terburuk dari Menjadi Miskin: Cara Anda Diperlakukan Orang Lain