Praktik Pertanian Berkelanjutan dengan Kearifan Lokal

By Neza Puspita Sari Rusdi, Senin, 16 Desember 2024 | 20:00 WIB
Pertanian tradisional membuktikan kearifan lokal di setiap daerah dapat memberikan ketahanan pangan di masing-masing wilayah. (Pixabay)

“Petani Desa Pacarejo menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi karena hampir semua petani beternak sapi.” Tulis Indah.

Kajian berjudul, “Kearifan Lokal Dalam Membangun Ketahanan Pangan Petani” menyebutkan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat ialah tradisi Wiwitan. Layaknya di wilayah pedesaan, Desa Pacarejo juga melakukan tradisi untuk menunjukkan bentuk penghormatan pada Dewi Sri.

Pada mitologi Jawa dan Bali, Dewi Sri atau ‘dewi kesuburan’ adalah sosok yang melambangkan kemakmuran. Tradisi Wiwitan dilakukan sebelum menaburkan benih di lahan garapan, dengan mengadakan perjamuan makan atau selamatan, dalam waktu tertentu, karena waktu yang dipilih untuk mengadakan tradisi ini tidak bisa sembarangan.

Tidak hanya melakukan tradisi dalam pengolahan lahan, masyarakat petani Desa Pacarejo juga beradaptasi dengan jenis lahan kering dan cuaca setempat. Mereka akan menanam padi hanya pada dua waktu dalam satu tahun yakni musim tanam pertama, dan musim hujan pertama. Lalu, untuk sisanya mereka akan menanam tanaman palawija berupa jagung, kacang tanah, kedelai, dan ubi kayu. Pada saat tanam padi, masyarakat desa akan melakukannya dengan cara ditonjo.

Tanam padi dengan cara ditonjo ialah dengan cara menancapkan bibit padi satu persatu ke lahan yang sudah dilubangi kecil-kecil. Namun dalam hal ini, masyarakat melubangi lahan menggunakan alat tonjo berupa batang pohon yang dibuat runcing pada salah satu sisinya.

Masyarakat desa juga melakukan pertanian dengan pola tanam ganda atau tumpang sari artinya tidak hanya mengandalkan salah satu tanaman saja. Para petani di Desa Pacarejo lebih memilih menggunakan pola tumpang sari agar dapat memanfaatkan seluruh lahan secara maksimal sehingga jenis panen tidak bergantung pada satu jenis. Misalnya tanaman padi yang akan ditanam dengan kedelai dan jagung dalam satu wilayah.

Beragam tradisi panen padi dilakukan demi menghormati leluhur sebagai tanda rasa syukur dan hormat. (Pexels/FahrySamalewa)

Dalam melakukan perawatan lahan dan tanaman, para petani masih membersihkan rumput di Desa Pacarejo dikenal dengan dangir dengan menggunakan alat tradisional yakni, gathul. Perawatan lain yang dilakukan yakni pengusiran hama dengan memanfaatkan ramuan bahan tradisional. Mereka hanya akan menggunakan bahan kimia pestisida saat hama sudah sangat mengganggu dan tidak bisa dihalau lagi.

Petani yang menanam padi jawa di Desa Pacarejo biasanya melakukan tradisi panen yakni tradisi Nglengani. Diawali dengan mengambil beberapa tanaman padi yang bagus untuk dibawa pulang, lalu petani akan mengadakan kembali perjamuan bersama tetua adat sebagai wujud syukur atas panen kepada Dewi Sri. Selain itu, tradisi umum yang dilakukan oleh masyarakat setelah melakukan panen bersama yakni bersih dusun atau Nyandran. Tradisi ini biasanya diiringi dengan pertunjukkan kesenian.

Beragam praktik pertanian dengan kearifan lokal di Desa Pacarejo membuktikan bahwa mereka mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Artinya praktik tradisional berkelanjutan ini tidak hanya melestarikan lingkungan tetapi juga memberikan ketahanan pangan yang kuat. Dapatkah Anda membayangkan, manfaat yang akan dirasakan apabila setiap daerah menerapkan praktik tradisional berkelanjutan yang sama seperti di wilayah ini?