Asal-usul Sinterklas Jadi Andalan di Pusat Perbelanjaan Jelang Natal

By Sysilia Tanhati, Senin, 16 Desember 2024 | 17:15 WIB
Sinterklas atau Santa Claus menjadi andalan pusat perbelanjaan pada bulan Desember. Konon hal ini didorong oleh nostalgia dan belanja di hari Natal. (Governor Tom Wolf/CC BY 2.0)

Nationalgeographic.co.id—Sinterklas atau Santa Claus menjadi andalan pusat perbelanjaan pada bulan Desember. Konon hal ini didorong oleh nostalgia dan belanja di hari Natal.

Tetapi siapakah pria gemuk yang periang ini? Mengenakan setelan merah cerah, ia berjanji untuk memenuhi keinginan anak-anak. Dan mengapa kita selalu dapat mengharapkannya untuk mengunjungi pusat perbelanjaan di bulan Desember?

Sejarah singkat Sinterklas

Sejarawan Adam English, menghubungkan karakter “Santa Claus” dengan Santo Nikolas, uskup Yunani abad ke-4 di Myra. Nama Santa Claus berevolusi dari “Sinter Klaas”, dari Sint Nikolaas, bahasa Belanda untuk Santo Nikolas.

Lukisan Santa Claus atau Sinterklas paling awal yang diketahui adalah karya Robert Weir (1837). Weir menggambarkan Sinterklas sebagai peri, mengenakan jubah merah dan sepatu bot, keluar dari perapian. Kartunis Thomas Nast pada tahun 1866 membuat versi modern dari Sinterklas yang kita kenal sekarang, yaitu kurcaci gemuk mirip manusia, berjanggut putih, dan mengenakan setelan merah terang.

Asal-usul Sinterklas di pusat perbelanjaan

Para pengusaha mulai memanfaatkan menciptakan tradisi Sinterklas pada awal tahun 1800-an. Penggunaan Sinterklas paling awal untuk tujuan komersial, mungkin yang pertama, adalah pada selebaran sebuah toko perhiasan di New York. Sinterklas muncul di selebaran tersebut pada pertengahan tahun 1820-an.

Stephen Nissenbaum, dalam bukunya The Battle for Christmas, menyatakan bahwa gambar Sinterklas ini direproduksi dalam berbagai bentuk cetakan.

Kemudian pada 1841, seorang pemilik toko yang inovatif dari Philadelphia membuat model Sinterklas seukuran manusia. Tidak lama kemudian Sinterklas “hidup” mulai muncul di sudut-sudut jalan.

Pada 1891, Kapten Salvation Army Joseph McFee mulai mengumpulkan dana untuk menyediakan makan malam Natal gratis. Tak lama kemudian, para pengangguran dipekerjakan untuk mengenakan kostum Sinterklas. Sang Sinterklas membawa ketel merah dan lonceng yang berdenting di jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan.

Pada waktu yang hampir bersamaan, beberapa toko mulai menggunakan Sinterklas “hidup” di etalase. Pada tahun 1910, kehadiran Sinterklas “hidup” menjadi persyaratan untuk setiap department store saat Natal.

Baca Juga: Kisah di Balik Kue-Kue Kering yang Disajikan setiap Hari Natal

Bisnis Sinterklas

Untuk menarik pembeli, sejak akhir November, Bengkel Sinterklas, Gua, dan Negeri Ajaib Musim Dingin secara ajaib mulai muncul di pusat perbelanjaan. Kemunculan mereka menandakan dimulainya belanja Natal dan pemberian hadiah.

Bisnis Sinterklas telah menjadi model bisnis yang layak. Sinterklas menciptakan pengalaman positif di pusat perbelanjaan.” Juga menciptakan lapangan kerja bagi sebagian besar pria yang lebih tua dan sudah pensiun,” tulis Jo Adetunji di laman The Conversation.

Satu organisasi, Scene to Believe, melaporkan telah merekrut hingga 500 Sinterklas setiap tahun. Perusahaan seperti Santa for Hire, The Real Santa menyediakan Sinterklas ke ratusan pusat perbelanjaan di seluruh Australia, Selandia Baru, dan Amerika Utara. Santa Claus Conservatory menyediakan pelatihan bagi calon “Sinterklas” potensial.

Nostalgia Sinterklas

Nostalgia selalu menjadi emosi yang relevan di hari Natal. Nostalgia pun menjadi komoditas yang dapat dibeli dan dijual, termasuk di hari Natal. Pemasaran nostalgia muncul sejak tahun 1970-an dan digunakan untuk menghubungkan konsumen dengan masa lalu mereka.

Misalnya di Australian. Banyak orang dewasa akan mengingat masa kecil mereka, mengunjungi Myer Melbourne Christmas Windows yang terkenal. Myer Melbourne Christmas Windows telah menghibur keluarga selama 66 tahun. Sejak 1933, Pagelaran Natal Adelaide, pawai publik terbesar di belahan bumi selatan, telah menarik lebih dari 300.000 orang ke CBD.

Ritual konsumen yang berhubungan dengan Natal bertujuan untuk membujuk kita mengenang masa lalu serta merasakan nostalgia. Ritual tersebut pada akhirnya akan memikat konsumen ke dalam tradisi belanja Natal.