Terowongan Titus di Turki, Bukti Keajaiban Teknik Bangsa Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 Desember 2024 | 08:00 WIB
Terowongan Titus terletak di dekat kota kuno Seleucia Pieria di Samandag-Cevlik, Turki. Terowongan ini merupakan prestasi teknik yang signifikan dari peradaban Romawi
Terowongan Titus terletak di dekat kota kuno Seleucia Pieria di Samandag-Cevlik, Turki. Terowongan ini merupakan prestasi teknik yang signifikan dari peradaban Romawi (Klaus-Peter Simon/CC BY-SA 3.0)

Nationalgeographic.co.id—Bangsa Romawi terkenal akan keajaiban tekniknya. Peradaban ini menghasilkan banyak bangunan-bangunan, patung-patung hingga monumen yang masih bisa kita nikmati hingga kini. Salah satu keajaiban teknik peradaban Romawi yang memukau adalah Terowongan Titus.

Terowongan Titus terletak di dekat kota kuno Seleucia Pieria di Samandag-Cevlik, Turki. Terowongan ini merupakan prestasi teknik yang signifikan dari peradaban Romawi. Dibangun hampir 2.000 tahun yang lalu, terowongan ini dirancang untuk mencegah banjir menggenangi pelabuhan kota.

Saat ini, Terowongan Titus terus menjadi contoh utama inovasi Romawi dalam mengatasi tantangan lingkungan.

Tujuan pembangunan Terowongan Titus

Seleucia Pieria adalah kota pelabuhan penting di Kekaisaran Romawi. “Kota ini menjadi gerbang bagi barang-barang dari Timur untuk mencapai Roma,” tulis Katelyn Wiersma di laman World Atlas. Namun, karena kedekatannya dengan Sungai Orontes dan pegunungan di sekitarnya, kota ini dilanda banjir terus-menerus.

Banjir membawa lumpur dan puing-puing ke pelabuhan. Lumpur dan puing mengganggu operasi pelabuhan. Upaya sebelumnya untuk mengendalikan banjir ini melalui pembangunan kanal telah gagal.

Untuk mengatasi masalah yang terus berlanjut ini, Kaisar Vespasianus memerintahkan pembangunan Terowongan Titus pada paruh kedua abad ke-1 Masehi. Terowongan ini dirancang untuk mengalihkan banjir dari pelabuhan, sehingga bisa berfungsi meski terjadi banjir.

Para insinyur dari Legiun Kesepuluh Fratensis bertanggung jawab untuk merancang terowongan. Terowongan Titus dibangun oleh legiuner Romawi, pelaut, dan tahanan. “Termasuk budak Yahudi yang ditangkap selama Perang Yahudi-Romawi (66-73 Masehi),” tambah Wiersma.

Konstruksi Terowongan Titus nan mengagumkan

Meskipun pembangunan Terowongan Titus dimulai di bawah Kaisar Vespasianus, pembangunan berlanjut selama pemerintahan putranya, Titus. Namun, terowongan tersebut tidak selesai sampai masa pemerintahan Kaisar Antoninus Pius pada abad ke-2 Masehi. Garis waktu ini dikonfirmasi oleh beberapa prasasti yang diukir di batu yang ditemukan di dalam terowongan.

Di pintu masuk bagian pertama, sebuah prasasti bertuliskan nama Vespasianus dan Titus. Prasasti itu menyatakan bahwa mereka yang memerintahkan terowongan itu dibuat. Lebih jauh ke hilir, prasasti lain menandai selesainya terowongan di bawah Antoninus Pius.

Baca Juga: Kuak Jurang Pemisah dalam Kelas Sosial Masyarakat Romawi Kuno

Terowongan ini membentang sepanjang sekitar 1,4 kilometer dan seluruhnya dipahat melalui batuan padat. Tantangan teknik untuk membangun terowongan semacam itu dengan peralatan yang tersedia saat itu menggarisbawahi kemampuan canggih para insinyur Romawi. Dipercayai bahwa para pekerja menggunakan peralatan besi dasar seperti pahat, palu, dan beliung untuk mengikis batuan, sentimeter demi sentimeter.

Proses pembangunan tidak hanya membutuhkan tenaga fisik tetapi juga perencanaan yang cermat. Perencanaan tepat untuk memastikan keselarasan dan gradien terowongan sudah benar. Untuk mencapai hal ini, para insinyur Romawi menggunakan metode yang melibatkan pembuatan poros vertikal di sepanjang rute terowongan. Poros-poros ini memungkinkan para pekerja untuk menggali secara horizontal di kedua arah.

Poros vertikal juga menyediakan ventilasi, cahaya, dan sarana untuk membuang batuan yang digali.

Pelestarian Terowongan Titus

Banyak bangunan Romawi lainnya dibangun untuk dipamerkan kepada publik atau untuk menunjukkan kekuatan kekaisaran. Namun lain halnya dengan Terowongan Titus. Terowongan Titus merupakan proyek infrastruktur fungsional yang bertujuan untuk memecahkan masalah kritis. “Yaitu melindungi pelabuhan Seleucia Pieria dari dampak banjir yang merusak,” ujar Wiersma.  

Penyelesaiannya yang sukses sebagai salah satu terowongan buatan manusia terbesar di dunia memastikan keberlanjutan pengoperasian pelabuhan. Tentu saja hal itu sangat penting bagi perdagangan dan pergerakan militer di wilayah tersebut.

Para insinyur dari Legiun Kesepuluh Fratensis bertanggung jawab untuk merancang terowongan. (Vikiçizer/CC BY-SA 3.0)

Namun, warisan Terowongan Titus melampaui fungsi langsungnya. Terowongan ini menggambarkan pendekatan Kekaisaran Romawi yang lebih luas terhadap infrastruktur. “Membangun bukan hanya untuk saat ini, tetapi dengan memperhatikan utilitas dan ketahanan jangka panjang,” jelas Wiersma.

Terowongan Titus kini dirayakan sebagai situs budaya dan sejarah yang penting peninggalan peradaban Romawi. Pelestariannya memungkinkan kita untuk menghargai kecerdikan dan pandangan jauh ke depan para insinyur Romawi. Mereka mampu merancang sistem yang dapat bertahan dalam ujian waktu.

Terowongan ini juga memberikan wawasan tentang pemahaman Romawi tentang rekayasa lingkungan. Pemahaman ini menunjukkan kemampuan mereka untuk memanipulasi lanskap alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.

 Arti penting Terowongan Titus tidak hanya terletak pada pencapaian arsitektur dan tekniknya. Tapi juga pada apa yang diwakilinya: komitmen Romawi untuk memecahkan masalah dengan solusi yang inovatif dan tahan lama.

Keberadaan terowongan ini mengingatkan kita pada dampak abadi Kekaisaran Romawi terhadap pembangunan infrastruktur. Juga menjadi simbol bagaimana teknik kuno terus menginspirasi praktik modern.