PGN Tanam 5.000 Mangrove di Semarang: Awal Komitmen untuk Dampak Lingkungan dan Ekonomi yang Lebih Besar

By Utomo Priyambodo, Jumat, 20 Desember 2024 | 14:00 WIB
PGN mengadakan penanaman 5.000 bibit mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC). (Andika Mahatama)

Nationalgeographic.co.id—PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk bekerja sama dengan National Geographic Indonesia mengadakan penanaman 5.000 bibit mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC), Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Acara penanaman mangrove pada Kamis, 19 Desember 2024, ini mengusung tema "Hijaukan Negeri, Selamatkan Bumi".

Penanaman ini mendapatkan apresiasi besar dari pemerintah Kota Semarang. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Arwita Mawarti—datang mewakili Wali Kota Semarang—menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya untuk PGN karena turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan Kota Semarang.

"Kami mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya sekaligus terima kasih kepada PT PGN kemudian berkolaborasi dengan National Geographic karena dalam rangka untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan berkelanjutan ini, PT PGN berkomitmen untuk menjaga lingkungan dengan menanam bibit mangrove kemudian juga membagikan bibit untuk tanaman produktif dan banyak kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi lingkungan," ujar Ita, sapaan Arwita.

Ita menyampaikan ada banyak permasalahan lingkungan yang menjadi ancaman bagi Kota Semarang. Permasalah tersebut antara lain adalah perubahan iklim yang salah satu dampaknya berupa kenaikan air laut.

Masalah lainnya adalah penurunan ketinggian tanah (land subsidence), terutama di wilayah pesisir. "Untuk wilayah Semarang ini, land subsidence-nya cukup tinggi antara 8 sampai 12 sentimeter per tahun," kata Ita.

Ita juga menyoroti permasalahan abrasi di wilayah pesisir Semarang. Salah satu sebabnya, menurut Ita, adalah karena kurangnya area mangrove yang ada di kota ini.

"Untuk penanaman 5.000 bibit mangrove ini, seperti yang dilakukan oleh PGN, itu sangat bermanfaat bagi Kota Semarang karena untuk saat ini memang perlu kolaborasi, baik itu dari pemerintah, pihak swasta, maupun pihak masyarakat, untuk meningkatkan jumlah luasan kawasan mangrove," tutur Ita.

"Seperti yang tadi saya sampaikan kami masih kekurangan luas area mangrove. Dengan adanya upaya penanaman mangrove dari CSR dari PGN ini, akan sangat bermanfaat untuk menambah area luas mangrove yang ada di kota Semarang."

Ita bersyukur PGN mau melakukan penanaman mangrove di Semarang karena kegiatan ini punya banyak dampak. "Yang pertama tadi adalah menambah luas kawasan mangrove yang kemudian juga mengurangi abrasi di wilayah pesisir Kota Semarang dan yang ketiga adalah menambah jumlah luasan ruang terbuka hijau untuk wilayah perkotaan," beber Ita.

Harapan Ita, kegiatan penanaman mangrove ini juga bisa menjadi sarana edukasi bagi warga sekitar untuk ikut melestarikan mangrove dan menjaga wilayah pesisir mereka dari abrasi. Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi awal dari langkah-langkah besar PGN untuk terus meningkatkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. "Mungkin kawasan mangrove ini bisa dikembangkan sebagai area wisata," harapnya.

Situs area Semarang Mangrove Center yang berlokasi di Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. (Utomo Priyambodo)

Division Head CSR PGN, Krisdyan Widagdo Adhi, menambahkan bahwa kegiatan penanaman 5.000 mangrove ini adalah bentuk komitmen PGN untuk menjaga lingkungan dan secara konsisten terus mereduksi emisi karbon. Dalam kegiatan ini, selain berkolaborasi dengan National Geographic Indonesia, PGN juga menggandeng komunitas masyarakat setempat serta IKAMaT sebagai organisasi yang membina masyarakat sekitar di Semarang Mangrove Center.

"Jadi kami menyadari bahwa dari hari ke hari kami harus semakin komitmen untuk semakin menurunkan emisi karbon itu sendiri," ujar Dodo, sapaan Widagdo. "Dan kami menggandeng IKAMaT jujur karena kami melihat bahwa penting untuk kami menggandeng komunitas dan juga masyarakat agar penanaman pohon ini tidak menjadi sekadar acara seremonial. Tetapi yang lebih penting itu juga pemantauan, ya untuk memantau tumbuh kembang dari tanaman itu sendiri."

PGN menyatakan komitmennya untuk memantau dan merawat 5.000 bibit mangrove yang telah ditanam ini setidaknya hingga selama setahun ke depan dan bisa diperpanjang lagi. Upaya perawatan mangrove ini dilakukan PGN dengan menggandeng Kelompok Ngebruk Lestari (Kenari), kelompok warga binaan IKAMaT warga dari Desa Ngebruk, kampung yang menjadi lokasi Semarang Mangrove Center.

"Kami berharap bahwa kegiatan hari ini tidak hanya bermanfaat buat Perusahaan Gas Negara dan juga tidak hanya menjadi seremonial belaka, tetapi benar-benar bermanfaat buat masyarakat sekitar, dimana kemarin kemarin juga diskusi dengan warga bagaimana program IKAMaT dalam penanaman mangrove ini berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat," tegas Dodo.

Dodo juga berharap bahwa kegiatan terkait mangrove di Semarang Mangrove Center ini bisa terus berkembang dan PGN siap untuk terus mendukungnya. "Bisa juga dikembangkan menjadi tempat pariwisata," usul Dodo.

"Jika memang ada komunitas yang mau mengelola, kita juga akan berkomitmen terhadap itu. Nanti dari komunitas pengelola itu bisa dikembangkan lagi dengan UMKM-UMKM yang bisa berkembang sehingga itu tadi life cycle atau perputaran ekonomi yang ada itu bisa memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat."

Editor in Chief National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, mengatakan bahwa kita "sekarang sedang mengejar keberpihakan yang lebih jauh lagi. Kita mengejar dampak yang lebih jauh lagi demi carbon offset kita."

"Jadi, kita, negeri ini dengan garis pantai sepanjang ini dan kemampuan mangrove-mangrove ini menyerap karbon, saya pikir seharusnya kita menjadi negara adidaya climate ya, kita menjadi negara climate super power. Artinya teman-teman di Mangkang Wetan yang memiliki kawasan seperti ini seharusnya berdigdaya dengan kawasan mangrovenya," ucap Didi.

Didi berharap "usaha kita" dan "keringat kita" melangkahkan kaki sampai di Semarang Mangrove Center dan melakukan penanaman mangrove ini bisa menjadi sebuah inspirasi untuk memicu lebih banyak keberpihakan lagi kepada pesisir.

"Saya pikir kita harus mempunyai sudut panjang yang baru yaitu sudut panjang pesisir sebagai halaman muka rumah kita," kata Didi "dan kita hidup menjaga peluang bumi untuk menjadi lebih baik dengan pengelolaan pesisir."