Gambar yang mengungkapkan
Temuan Hedin yang paling luar biasa adalah lukisan-lukisan indah bergaya Indo-Persia yang menghiasi beberapa bagian interiornya. Hedin mengidentifikasi bangunan-bangunan ini, yang lebih besar daripada bangunan lainnya, sebagai kuil Buddha.
Lukisan-lukisan itu terkelupas hanya dengan sentuhan sekecil apa pun. Hedin membuat sketsa sebaik mungkin. Dan sesuai dengan pola pikir kolonialis pada masa itu, ia mengambil objek lain seperti patung dan relief plesteran.
Hedin kemudian menulis: “Semua temuan ini dan banyak peninggalan lainnya, dibungkus dengan hati-hati dan dikemas dalam kotak saya. Dan catatan selengkap mungkin tentang kota kuno itu dimasukkan ke dalam buku harian saya.”
Meskipun ia telah melihat keajaiban-keajaiban, Hedin memutuskan untuk terus maju. “Bagi saya, sudah cukup untuk membuat penemuan penting dan telah memenangkan bidang baru bagi arkeologi di jantung gurun.” Pagi setelah menulis ini, ia meninggalkan Dandan-Oilik dan “terjun” kembali ke hamparan pasir Gurun Taklimakan.
Sekitar waktu yang sama, Marc Aurel Stein, sedang membuat namanya terkenal sebagai sarjana bahasa Persia dan Sansekerta.
Pada tahun 1898 memoar Hedin Through Asia diterbitkan. Buku ini memberikan pengaruh besar pada Stein, yang saat itu berusia akhir 30-an. 2 tahun kemudian, ia memulai ekspedisi pertama dari empat ekspedisi ke Asia Tengah.
Mengikuti jejak Hedin, Stein tiba di Khotan pada musim dingin tahun 1900. Di sana, pemandunya menunjukkan kepadanya benda-benda dari situs tersebut. Termasuk fragmen lukisan dinding dari kuil, beberapa dengan aksara Brahmi (sistem penulisan India kuno). Didorong oleh bukti ini, Stein berangkat melalui daerah beku Taklimakan untuk tiba di Kota Dandan-Oilik pada akhir Desember 1900.
Pengetahuannya yang luas tentang seni dan kitab suci Buddha membantunya memahami tempat tersebut. Kota itu merupakan oasis terbengkalai yang telah berkembang sejak abad ke-6 Masehi.
Namun apa yang terjadi dengan kota itu? Mengapa penduduk meninggalkan jalan-jalannya yang ramai dan kuil-kuil yang dihiasi dengan indah?
Kemunduran Dandan-Oilig
Setelah beberapa minggu, Stein menetapkan bahwa sebanyak 14 kuil Buddha pernah mendominasi kota tersebut. Kuil terdiri dari sebuah cella (bagian suci kuil) di bagian inti, bersarang di dalam bangunan yang lebih besar.
Di antara karya seni tersebut terdapat patung Buddha yang terbuat dari plester yang megah. Juga lukisan-lukisan di papan kayu yang terawat baik.
Stein merasa gembira ketika dia mengenali tema beberapa lukisan. Termasuk satu lukisan yang menggambarkan legenda ulat sutra.
Kisah ini berkisah tentang seorang wanita bangsawan muda Tiongkok yang menikah dengan Raja Khotan. Wanita itu mengabaikan aturan bahwa ulat sutra tidak dapat meninggalkan daerah pedalaman Tiongkok. Sang pengantin muda menyelundupkan benih murbei dan ulat sutra untuk suaminya di dalam hiasan kepalanya.
Legenda tersebut dengan cerdik menghubungkan kesalehan Buddha di kota tersebut dan kemakmurannya di Jalur Sutra. Di antara barang terakhir yang dapat diketahui tanggalnya yang ditemukan Stein adalah koin abad ke-8.
Stein berteori bahwa kemunduran kota tersebut pasti terkait dengan hilangnya kendali administratif Tiongkok atas wilayah tersebut pada masa itu. Penelitian selanjutnya, termasuk penggalian gabungan Tiongkok dan Jepang pada tahun 2002, menguatkan hal ini.
Pada tahun 700-an, geopolitik berubah seiring cepatnya terbentuknya bukit pasir. Kota yang berkembang pesat berikut perdagangan, seni, dan kuil-kuilnya ditinggalkan, dan pasir menelan kejayaan Dandan-Oilik.