Adonis, Dewa Keindahan Mitologi Yunani yang Lahir dari Pohon Myrrh

By Ricky Jenihansen, Minggu, 12 Januari 2025 | 14:00 WIB
Kisah hidup Adonis adalah kisah cinta legendaris yang menggabungkan unsur tragedi, kematian, dan kebangkitan. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Adonis adalah dewa keindahan dalam mitologi Yunani yang lahir dari pohon Myrrh hasil hubungan inses. Kisah hidup Adonis adalah kisah cinta legendaris yang menggabungkan unsur tragedi, kematian, dan kebangkitan.

Cerita tentang Adonis yang luar biasa tampan dan kekasihnya, dewi Aphrodite, berasal dari peradaban timur dekat, termasuk Yunani kuno.

Kisah ini sangat populer di kalangan bangsa Kanaan dan juga dikenal luas oleh masyarakat Mesopotamia serta Mesir, meskipun namanya berbeda-beda di setiap budaya.

Kisah ini mengisahkan seorang dewa keindahan yang meninggal saat masih muda, namun kembali hidup demi cintanya kepada Aphrodite.

Cerita ini telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak penyair, seniman, dan sejarawan, sehingga sering dijadikan tema utama dalam berbagai karya sastra dan seni.

Dari Adon Kanaan hingga Adonis Mitologi Yunani

Adon adalah salah satu dewa terpenting dalam kepercayaan Kanaan, dikenal sebagai dewa kecantikan, kesuburan, dan pembaruan abadi. Nama "Adon" berarti "Tuan" dalam bahasa Kanaan.

Dalam mitologi Yunani dan dunia Hellenistik, Adon diadaptasi menjadi Adonis, nama yang kemudian dikenal luas oleh berbagai bangsa.

Adonis juga diadaptasi dalam berbagai budaya, seperti dewa Kanaan Baal yang disembah di Ugarit, serta Tammuz atau Dumuzi (berarti "Juli") di Babilonia. Sedangkan dalam kepercayaan Mesir, ia dikenal sebagai Osiris, dewa kebangkitan.

Selain Adonis, mitos ini juga mencakup kekasih abadinya, Astarte, dewi cinta dan kecantikan. Dalam mitologi Yunani, Astarte dikenal sebagai Aphrodite, sementara dalam mitologi Romawi ia disebut Venus.

Hubungan antara Adonis dan Astarte begitu erat sehingga mitos Adonis tidak dapat dipisahkan dari kisah cinta mereka yang legendaris.

Baca Juga: Representasi Adonis Mitologi Yunani dalam The Picture of Dorian Gray

Siprus memainkan peran penting dalam menyebarkan mitos Adonis dan Astarte dari wilayah Kanaan ke Yunani, dan selanjutnya ke Romawi.

Namun, karena terbatasnya sumber tertulis dari Mesopotamia dan Kanaan tentang legenda ini, tulisan-tulisan Yunani yang lebih baru menjadi rujukan utama kisah cinta abadi ini. Akibatnya, mitos ini lebih dikenal sebagai kisah Adonis dan Aphrodite daripada Adon dan Astarte.

Aphrodite dan Adonis digambarkan dalam tembikar bergaya figur merah. (Aison / Public domain / Wikimedia Commons)

Adonis dalam Mitologi Yunani

Berdasarkan berbagai sumber Yunani (seperti Bion dari Smyrna) dan referensi Romawi lainnya (seperti Metamorphoses karya Ovid), kisah Adonis dan Aphrodite secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:

Seorang raja besar bernama Cinyras (dalam beberapa sumber disebut Theias, raja Asyur) memiliki seorang putri bernama Myrrha yang sangat cantik.

Sang raja sering membanggakan kecantikan putrinya, bahkan mengklaim bahwa Myrrha lebih cantik daripada Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan.

Ketika Aphrodite mendengar klaim tersebut, ia marah dan memutuskan untuk membalas dendam. Ia meminta putranya, Eros, dewa hasrat dan nafsu untuk membuat Myrrha jatuh cinta pada ayahnya sendiri. Dalam tipu daya ini, Myrrha bahkan berhasil menipu Cinyras hingga terjadi hubungan inses.

Ketika Cinyras menyadari bahwa ia telah diperdaya, ia bersumpah akan membunuh Myrrha. Dalam ketakutan dan penyesalan atas perbuatannya, Myrrha melarikan diri dan memohon perlindungan kepada para dewa. Para dewa mengabulkan permohonannya dengan mengubah Myrrha menjadi pohon Myrrh.

Sembilan bulan kemudian, pohon Myrrh tersebut retak dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Adonis. Anak ini memiliki keindahan yang luar biasa, warisan dari ibunya.

Ketika Aphrodite melihat bayi tersebut, ia sangat terpesona oleh keindahannya sehingga memutuskan untuk menyembunyikan Adonis dari pandangan para dewi lainnya. Ia lalu menitipkannya kepada Persephone, dewi dunia bawah, untuk dirawat.

Baca Juga: Aphrodite dan Adonis, Kisah Cinta Berakhir Tragis di Mitologi Yunani

Ketika Adonis tumbuh dewasa, kecantikannya semakin memikat. Persephone, yang sebelumnya hanya menjadi pengasuhnya, jatuh cinta pada Adonis.

Hal ini menimbulkan perselisihan antara Aphrodite dan Persephone, yang sama-sama ingin memiliki Adonis. Zeus, raja para dewa, turun tangan untuk menyelesaikan konflik ini.

Ia memutuskan bahwa Adonis harus menghabiskan empat bulan setiap tahun bersama Persephone di dunia bawah, empat bulan bersama Aphrodite, dan empat bulan sisanya sesuai pilihannya.

Karena Adonis sangat terpesona oleh daya tarik Aphrodite, ia memilih untuk menghabiskan waktu luangnya bersama sang dewi cinta.

Adonis dikenal sebagai pemburu ulung. Namun, dalam salah satu perjalanan berburu di Hutan Afqa (dekat Byblos), ia diserang oleh seekor babi hutan.

Ia terluka parah dan akhirnya meninggal di tangan Aphrodite, yang mencoba menyelamatkannya dengan menuangkan nektar magisnya ke luka-luka Adonis.

Darah Adonis bercampur dengan nektar tersebut dan mengalir ke tanah, menghasilkan bunga Anemone yang memiliki aroma seperti nektar Aphrodite dan warna merah yang menyerupai darah Adonis.

Darahnya juga mengalir ke sungai, mewarnai airnya menjadi merah. Sungai ini kemudian dikenal sebagai "Sungai Adonis" (kini disebut Nahr Ibrahim atau Sungai Abraham), yang terletak di desa Afqa, Lebanon.

Kisah ini tidak hanya menyoroti kecantikan luar biasa Adonis, tetapi juga menggambarkan tema cinta, pengorbanan, dan siklus hidup serta kematian yang berulang.

Penyembahan Adonis

Kisah Adonis dan kekasihnya, Aphrodite, begitu populer sehingga menginspirasi kebangkitan ritual-ritual serupa di banyak kota Fenisia.

Baca Juga: Adonis, Pria Diperebutkan Para Dewi Yunani dari Cinta Berujung Maut

Kisah ini juga menyebar ke dunia Yunani kuno, Helenistik, dan Romawi, meskipun mengalami penyesuaian kecil berdasarkan karakteristik budaya masing-masing peradaban. Namun, esensi utama dari legenda ini tetap sama di setiap versinya.

Kisahnya adalah tentang seorang dewa keindahan dan awet mudah serta hubungannya dengan dewi cinta. Serta kematian dan kebangkitannya kembali sebagai simbol kelahiran kembali alam setiap tahun.

Mitos Adonis memiliki hubungan erat dengan konsep vegetasi dan peradaban agraris, seperti di Mesopotamia atau wilayah Kanaan, tempat asal kisah ini di Timur Dekat.

Musim dingin dianggap sebagai masa kesedihan dan kegelapan, sedangkan musim semi dan musim panas membawa kebahagiaan dan harapan kehidupan baru. Mitos ini diyakini mencerminkan pemikiran, refleksi, dan persepsi psikologis masyarakat pada masa itu.

Jejak penyembahan Adonis masih terlihat hingga kini di beberapa wilayah Levant, Mesopotamia, dan bahkan Persia/Iran. Tradisi ini diwujudkan dalam perayaan folklor musim semi, seperti Perayaan Nowruz, yang melambangkan kehidupan baru dan kebangkitan alam.