Secercah Keanekaragaman di Perkebunan Sawit Lewat 'Pulau Pohon'

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 15 Januari 2025 | 08:00 WIB
Setiap jamnya ada lahan hutan seluas 300 lapangan sepak bola yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan perkebunan dengan menyisakan petak untuk keragaman pohon atau pulau pohon diperlukan untuk upaya pelestarian. (Kelly/Pexels)

Nationalgeographic.co.id—Sumatra dan Kalimantan yang dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang khas, namun juga menjadi sentra perkebunan sawit Indonesia. Konversi lahan hutan menjadi perkebunan sawit monokultur dapat mengancam keberlangsungan kehidupan di dalamnya.

Meski sawit juga adalah pohon, nyatanya perkebunan monokultur sehebat apa pun tidak bisa menggantikan hutan yang terdiri dari beragam spesies tanaman yang dapat menyerap karbon.

Hutan juga memerlukan aneka satwa yang berperan penting dalam ekosistem. Sebaliknya, perkebunan monokultur seperti sawit sangat rendah keanekaragaman hayati dan menjadi tempat aktivitas manusia.

Berdasarkan laporan Yayasan Madani Berkelanjutan, Sumatra mengalami kenaikan luas sawit dari sekitar 5.7 hektare pada 2011 menjadi sekitar 7.9 juta hektare pada 2020. Perluasan sawit terbesar kedua disusul Kalimantan seluas 3.2 juta hektare dari 2011 hingga 2020, lebih meningkat dari Sumatra.

Konversi lahan terus berlangsung di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sawit dunia yang terus bertambah. Namun, pemerintah harus mencari cara dalam menjaga atau bahkan memulihkan keanekaragaman hayati yang tercam punah.

Pulau pohon di tengah lautan perkebunan sawit

Sebuah penelitian dipublikasikan di jurnal Science pada November 2024. Makalah bertajuk "Diverse and larger tree islands promote native tree diversity in oil palm landscapes" tersebut dilakukan para peneliti University of Gottingen, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Jambi.

Para peneliti membangun 52 "pulau pohon" dengan berbagai ukuran dan keanekaragaman pohon. Pulau ini berada di tengah lautan perkebunan kelapa sawit industri konvensional di Sumatra. Eksperimen ini menawarkan pendekatan alternatif antara pelestarian keanekaragaman hayati dan industri perkebunan sawit.

“Pulau-pulau pohon yang lebih besar, khususnya dengan luas lebih dari 400 meter persegi, sangat penting bagi spesies pohon endemik dan hutan yang berjuang untuk menemukan habitat yang sesuai di dalam perkebunan kelapa sawit konvensional," kata penulis utama studi Gustavo Paterno dari University of Gottingen, dikutip dari rilis.

Pulau-pulau pohon itu ternyata mempercepat regenerasi alami spesies alami. Pohon yang beragam dalam sebuah kumpulan menangkap benih yang terbang dibawa angin atau burung.

Dengan demikian, terang para peneliti, proses ini meningkatkan keanekaragaman fungsi dan evolusi dalam ekosistem. Peningkatan ini sangat penting agar ekosistem dapat menahan perubahan iklim.

Baca Juga: Bahaya Konversi Hutan Menjadi Perkebunan Monokultur Kelapa Sawit