Bagaimana Perikanan Jaring Berdampak pada Mamalia Laut di Kaimana Papua

By Utomo Priyambodo, Minggu, 2 Februari 2025 | 18:00 WIB
Interaksi multispesies antara operasi perikanan jaring angkat dengan megafauna termasuk hiu paus dan cetacea di IMMA Kaimana, tempat spesies ini mencari makan secara oportunistik. (A, D, F) Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, (B) Paus Bryde, (C) Lumba-lumba bungkuk Australia, (E) Hiu paus dan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik.
Interaksi multispesies antara operasi perikanan jaring angkat dengan megafauna termasuk hiu paus dan cetacea di IMMA Kaimana, tempat spesies ini mencari makan secara oportunistik. (A, D, F) Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, (B) Paus Bryde, (C) Lumba-lumba bungkuk Australia, (E) Hiu paus dan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik. (Frontiers in Marine Science (2024). DOI: 10.3389/fmars.2024.1431209)

Mereka merekomendasikan agar penilaian mendatang dilakukan di wilayah pesisir dan samudra.

Gambaran konservasi lebih besar Kaimana

Sehubungan dengan masalah konservasi yang lebih luas, penelitian tersebut mencatat bahwa sebagian besar interaksi cetacea dengan perikanan jaring angkat terjadi di luar Kawasan Konservasi Laut (KKL) Kaimana, dan penting bagi pengelola sektor perikanan untuk menggunakan langkah-langkah di luar KKL untuk menjaga keberlanjutan ikan teri.

Selain itu, ekosistem mangrove Kaimana yang luas sangat penting untuk menopang ikan teri dan udang pisang (Penaeus merguiensis) di wilayah tersebut, spesies yang diyakini sebagai sumber makanan penting bagi paus Bryde di wilayah tersebut. Mangrove menyediakan makanan dan tempat berlindung yang penting bagi ikan teri dan udang muda.

Namun, menurut analisis yang dimuat dalam Remote Sensing in 2022, sekitar 5 hektare per tahun penebangan hutan mangrove terjadi di wilayah tersebut dari tahun 1996–2020.

Meskipun ini adalah tingkat kehilangan yang "relatif kecil", makalah tersebut menyimpulkan, "...ini menunjukkan bahwa meningkatnya aktivitas manusia tetap menyebabkan dampak negatif yang signifikan."

Para peneliti juga menyimpulkan, "Ini merupakan indikator peringatan bahwa tindakan mitigasi harus dilaksanakan untuk mencegah kerusakan yang berkelanjutan dan signifikan pada ekosistem mangrove Kaimana."