Nationalgeographic.co.id—Dalam jurnal perjalanannya, penjelajah abad ke-13, Marco Polo, mendeskripsikan karakteristik Suku Sentinel di Kepulauan Andaman yang terpencil di India. Ia menulis, “Mereka adalah generasi yang paling kejam dan ganas yang tampaknya memakan semua orang yang mereka tangkap.”
Meskipun kanibalisme Suku Sentinel tidak pernah terbukti, Suku Sentinel menolak untuk membuka diri terhadap dunia.
Setelah selamat dari pendudukan pulau-pulau oleh Burma, Inggris, dan Jepang, Suku Sentinel tetap menjadi salah satu suku paling misterius di bumi. Bagaimana asal-usul Suku Sentinel? Dan bagaimana suku terasing ini bisa menjadi bagian dari India?
Bagaimana Suku Sentinel bisa menjadi bagian dari India?
Pada tahun 1970, India mengeklaim Pulau Sentinel Utara sebagai bagian dari wilayah republiknya.
Saat India mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris Raya pada tahun 1947, Sentinel Utara pada dasarnya beroperasi sebagai negara semi-independen (quasi-independent). Namun hal tersebut berubah pada tahun 1970. Saat itu, sebuah tim survei India mendarat di pulau itu.
“Tim itu meletakkan sebuah prasasti batu yang menyatakan bahwa pulau itu adalah bagian dari India,” tulis Jacob Shamsian di laman Business Insider.
Asal-usul Suku Sentinel, benarkah berasal dari Afrika?
Kata Andaman mungkin diambil dari kata Sansekerta nagnamanaba, yang berarti 'manusia telanjang'. Bersama dengan Kepulauan Nicobar, Andaman menjadi bagian dari kepulauan yang terdiri dari 572 pulau. Kepulauan tersebut terletak 1.000 km dari pantai timur India di Teluk Benggala dan membentang dalam lengkungan utara-selatan sejauh lebih dari 800 km.
Meskipun lebih dekat ke Burma atau Myanmar, pulau-pulau tersebut dikelola oleh India dan membentuk negara bagian paling terpencil di subbenua tersebut.
Antropolog memisahkan suku-suku asli yang tinggal di kepulauan tersebut menjadi dua kelompok. Diperkirakan bahwa mereka yang tinggal di kepulauan Nicobar - Shompen dan Nicobaris - adalah keturunan Asia. Adapun empat suku Andaman yang masih ada - Andaman Besar, Onge, Jarawa, dan Sentinel - semuanya berasal dari Afrika.
Baca Juga: Orang-Orang yang Mencoba 'Menerobos' Pulau Sentinel dan Nasib Mereka
“Fakta ini menjadi bukti bahwa kelangsungan hidup mereka sangat luar biasa,” tulis Dan McDougall di laman The Guardian.
Suku yang paling tertutup yang mendiami salah satu pulau adalah Sentinel, yang dengan keras menolak semua pendekatan dari dunia luar.
Sebuah penelitian suku-suku yang dilakukan oleh tim ahli biologi di Pusat Biologi Seluler dan Molekuler di Hyderabad. Menurut penelitian itu, penduduk asli pulau tersebut mungkin sebenarnya merupakan orang Asia pertama - gelombang awal 'pendatang dari Afrika', yang mencapai Timur Jauh lebih dari 40.000 tahun yang lalu.
Sejak itu, pendatang dari Afrika berevolusi secara terpisah dari sebagian besar penduduk asli Asia, Laut Selatan, dan Australia lainnya.
“Suku Sentinel sering digambarkan oleh para antropolog sebagai 'pygmi',” tambah McDougall.
Temuan tim ilmiah tersebut didasarkan pada sampel DNA. Temuan itu juga sesuai dengan perdebatan yang sedang berlangsung tentang bagaimana dan kapan hominid yang berevolusi di Afrika menjadi Homo sapiens pindah ke Timur Tengah, Asia, dan seluruh dunia.
Salah satu gagasan yang relatif baru adalah bahwa pantai yang terpapar oleh permukaan laut yang rendah menyediakan jalur yang berguna. Dan lautan menyediakan makanan yang dapat diandalkan. Kedua faktor tersebut memungkinkan manusia ini bermigrasi dengan mudah.
Suku Sentinel mendapat julukan 'Zaman Batu'. Julukan itu merujuk pada fakta bahwa Suku Sentinel telah hidup dalam isolasi selama 60.000 tahun. Oleh karena itu, secara genetik, ada garis keturunan langsung antara mereka dan nenek moyang mereka dari zaman pra-Neolitik. Namun, tidak seperti suku Zaman Batu yang sebenarnya, mereka mungkin menggunakan logam yang diambil dari bangkai kapal.
Kontak pertama dengan suku-suku di Kepulauan Andaman
Kontak pertama yang terdokumentasi dengan pulau-pulau tersebut dilakukan lebih dari 1.000 tahun yang lalu oleh penjelajah Tiongkok dan Arab. Tentu saja, para penjelajah dihujani anak panah saat mencoba mendarat. Mereka menggambarkan orang Andaman itu setinggi tiga kaki (91 cm) dengan tubuh manusia dan paruh burung.
Selama abad ke-18 dan ke-19, para misionaris Kristen juga menghadapi perlawanan sengit. Pulau-pulau beserta penduduknya tampaknya ditakdirkan untuk tetap menjadi teka-teki hingga kini.
Penjajah Inggris berhasil membuat “terobosan” signifikan pertama dengan suku-suku asli Andaman. Ironisnya, Inggris bahkan memamerkan mereka di Kebun Binatang Calcutta.
Penjajah Inggris juga berhasil mendirikan koloni hukuman di Andaman Selatan pada tahun 1858. Mereka berupaya untuk menjinakkan dan mendidik penduduk asli di 'rumah' khusus. Di sana, penduduk asli mengenakan pakaian Barat dan kemudian diajari membaca dan menulis.
Kontak membawa petaka bagi suku-suku di Kepulauan Andaman
Hal ini terbukti membawa bencana bagi banyak suku yang tidak memiliki perlawanan terhadap penyakit umum. Suku-suku itu dengan cepat menyerah pada epidemi pneumonia, campak, dan influenza. Pada saat kontak pertama dengan Inggris, diperkirakan ada 5.000 orang Andaman Besar; saat ini hanya tersisa 41 orang.
Namun, Inggris tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas penurunan ini. Selama Perang Dunia Kedua, pulau-pulau tersebut diduduki oleh Jepang. Tentara Jepang membunuh ratusan penduduk asli yang diduga bekerja sama dengan pasukan sekutu.
Setelah India memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947, kebijakan ekspansionis perdana menteri pertamanya, Jawaharlal Nehru, melanjutkan kehancuran suku-suku asli Andaman. Sebagai bagian dari rencana kolonisasi India, ribuan pemukim dikirim ke Andaman dari daratan utama.
Selama 50 tahun terakhir, populasi pulau-pulau tersebut telah meningkat lebih dari sepuluh kali lipat menjadi 30.000 jiwa. Dan berkat penyakit, penggundulan hutan, dan visi Nehru tentang India modern, kelompok-kelompok pribumi kini jumlahnya kurang dari 1 persen dari jumlah tersebut.
Menurut Survival International, ada pola yang mengerikan sejak hari pertama kontak antara suku terasing dan umat manusia lainnya. Rasa ingin tahu sering kali berubah menjadi rasa takut. Gaya hidup nomaden kemudian berkembang menjadi pelarian diam-diam ke bagian hutan yang lebih terpencil.
Kemudian ada prospek relokasi paksa, bersamaan dengan hilangnya budaya, bahasa, dan keterampilan. Padahal, budaya, bahasa, dan keterampilan itu diasah oleh generasi leluhur dan diwariskan dari mulut ke mulut.
Bagaimana permusuhan bisa membuat Suku Sentinel tetap sendiri dan bertahan hidup
Permusuhan Suku Sentinel yang keras kepala dan tak tertahankan itulah yang membuat mereka begitu menarik bagi dunia. Jika mereka mau menerima kemajuan Barat, mereka pasti sudah berasimilasi sejak lama. “Dan identitas unik mereka tenggelam dalam banjir gen asing,” McDougall menambahkan.
Saat ini, keterasingan Suku Sentinel - secara biologis dan geografis - membuat mereka sangat berharga untuk mempelajari spesies kita sendiri.
Para ilmuwan kini menerima bahwa Homo sapiens berevolusi di Afrika sub-Sahara 200.000 tahun lalu. Homo sapiens dengan cepat memulai ekspansi yang membawa mereka ke Timur Tengah 100.000 tahun lalu.
Rute yang diambil nenek moyang kita juga tidak pasti. Teori 'keluar dari Afrika' dipelopori oleh Chris Stringer dari Inggris. Teori itu berasumsi bahwa nenek moyang kita mengambil jalur darat langsung, mencapai Asia Tenggara setidaknya 60.000 tahun lalu. Dari sana, mereka menyeberangi laut ke Australia. Eropa baru dihuni 40.000 tahun lalu.
Namun, gagasan ini memiliki masalah. Pergi melalui darat akan berarti beberapa kendala geografis yang berat. Dan, setelah mencapai Asia Tenggara, bagaimana nenek moyang kita - yang, diasumsikan, tidak memiliki kemampuan untuk berlayar - bisa sampai ke Australia?
Bahkan di tengah Zaman Es, ketika permukaan laut lebih rendah, masih ada celah di antara pulau-pulau di antara Asia dan Australia.
Beberapa peneliti kini percaya bahwa manusia meninggalkan tanah airnya melalui laut. Kemudian berlayar ke Asia Tenggara sebelum pindah ke Australia. Mereka mendirikan pos-pos terdepan di sepanjang perjalanan. Salah satu pos terakhir yang mereka dirikan mungkin adalah wilayah yang dikuasai oleh Suku Sentinel. Itulah sebabnya mengapa Suku Sentinel menarik secara ilmiah.
Masalahnya adalah faktor yang membantu penduduk pulau mempertahankan kemerdekaan. “Kecenderungan mereka untuk membunuh para penyusup, membuat mereka agak sulit diselidiki,” jelas McDougall.