Nationalgeographic.co.id—Gempa bumi sering dianggap sebagai kekuatan alam yang tidak dapat diprediksi dan sepenuhnya alami. Tapi apakah aktivitas manusia juga bisa menyebabkan gempa bumi?
Sebuah studi diterbitkan dalam jurnal Seismological Research Letters. Studi tersebut mengidentifikasi 730 lokasi tempat aktivitas manusia menyebabkan gempa bumi selama 150 tahun terakhir. Kita telah lama mengetahui bahwa manusia dapat memengaruhi aktivitas seismik. Namun para peneliti terkejut menemukan bahwa aktivitas manusia telah menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan hingga 7,9 Richter. Selain itu, jumlah gempa bumi jelas meningkat di beberapa wilayah di dunia.
Sama seperti gempa bumi yang disebabkan oleh alam, gempa bumi yang disebabkan oleh manusia berpotensi berbahaya, bahkan mematikan. Dan para ahli geologi memahami dampak yang dapat ditimbulkan gempa bumi ini terhadap manusia dan lingkungan.
Aktivitas manusia seperti apa yang menyebabkan gempa bumi?
Dampak gempa bumi yang disebabkan oleh manusia mungkin serupa dengan yang diciptakan oleh alam. Namun sering terlihat di wilayah dengan sedikit atau tidak ada aktivitas seismik sebelumnya.
Sebagian besar gempa bumi alami terjadi di sepanjang garis patahan, yang umumnya ditemukan di tempat lempeng tektonik bertemu. Namun, gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas manusia dapat terjadi jauh dari tepi lempeng tektonik.
Penyebab pasti setiap gempa bumi yang diinduksi bergantung pada jenis aktivitas manusia.Menurut data laporan tersebut pertambangan menyumbang jumlah gempa bumi yang disebabkan oleh manusia tertinggi di seluruh dunia. “Banyak gempa bumi terjadi di sekitar 271 lokasi,” tulis Sarah Gibbens di laman National Geographic.
Pengangkatan material dari bumi dapat menyebabkan ketidakstabilan, yang menyebabkan keruntuhan tiba-tiba yang memicu gempa bumi. Beberapa gempa bumi di 167 lokasi dipicu oleh apa penimbunan waduk air, atau pembangunan bendungan. Menurut laporan tersebut, gempa bumi tersebut merupakan gempa bumi yang paling mematikan.
Pada 2008, diperkirakan 80.000 orang meninggal atau hilang setelah gempa bumi berkekuatan 7,9 di provinsi Sichuan, Tiongkok. Para ilmuwan meyakini gempa ini dipicu oleh berat 320 juta ton air yang terkumpul di Waduk Zipingpu. Waduk ini berada di atas garis patahan yang terkenal.
Di Amerika Serikat, perbincangan seputar gempa bumi yang disebabkan manusia sebagian besar berpusat di sekitar fracking untuk minyak dan gas alam. Fracking adalah eknik pengeboran yang menggunakan tekanan tinggi untuk melepaskan minyak dan gas dari batuan serpih dan batuan padat lainnya. Menurut Survei Geologi AS, fracking dapat memicu aktivitas seismik. Baik secara langsung maupun dari pembuangan air limbah yang digunakan dalam proses tersebut. Air limbah bertekanan tinggi itu dapat memecahkan batu dan melumasi patahan.
Dalam penelitian tersebut, penulis menemukan 29 lokasi proyek tempat gempa bumi disebabkan oleh fracking itu sendiri. Juga 36 lokasi tempat gempa disebabkan oleh pembuangan air limbah pasca-fracking. Dan 12 lokasi dengan gempa yang disebabkan oleh pembuangan air limbah minyak dan gas yang tidak spesifik.
Baca Juga: Meneliti Sesar Baribis-Kendeng, Sesar Aktif Utama di Pulau Jawa
Pemicu gempa bumi juga diidentifikasi dari ledakan nuklir di 22 lokasi dan dua lokasi konstruksi.
“Semua proyek antropogenik memengaruhi gaya yang bekerja di kerak Bumi,” kata Miles Wilson, seorang ahli geofisika Universitas Durham. “Misalnya, dengan menambah atau mengurangi massa, jadi kita tidak perlu heran bahwa Bumi merespons perubahan ini. Dan dalam beberapa kasus gempa bumi adalah responsnya.”
Mengapa gempa bumi terus bertambah?
Catatan Wilson yang dihimpun tentang gempa bumi yang disebabkan oleh manusia berasal dari satu setengah abad yang lalu. Situs web tersebut memungkinkan pengunjung untuk mencari gempa bumi berdasarkan tanggal atau wilayah atau menelusuri data seperti besarnya, lokasi, dan penyebab.
Pengguna juga dapat mengirimkan kasus tambahan yang menurut mereka harus ditambahkan ke basis data.
Basis data tersebut mencakup 108 lokasi yang telah mengalami gempa bumi akibat ulah manusia selama dekade terakhir. Gempa bumi itu memiliki skala mulai dari yang relatif kecil hingga yang berkekuatan 5,8. Sebagian besar gempa bumi tersebut terjadi di Amerika Serikat dan Kanada dan disebabkan oleh pembuangan limbah fracking ke dalam tanah.
“Dalam jangka panjang,” kata Wilson, “kita mungkin akan mulai melihat lebih banyak kasus seismisitas akibat ulah manusia di seluruh dunia seiring dengan meningkatnya jumlah dan skala proyek antropogenik yang memengaruhi Bumi.”
Penambangan juga diperkirakan akan meningkat skalanya. Tambang saat ini lebih besar dari sebelumnya dan mencapai beberapa kilometer di bawah tanah. Semua aktivitas ini dapat menyebabkan lebih banyak ketidakstabilan di Bumi. Juga gempa bumi yang lebih banyak atau lebih besar, Wilson memperingatkan.
“Terkadang, aktivitas antropogenik adalah pemicu terakhir yang melepaskan tekanan yang menumpuk,” kata ahli geofisika tersebut.
Dengan lebih memahami gempa bumi, para ahli dapat bekerja untuk meminimalkannya, Wilson menyarankan.
Tidak mungkin orang akan berhenti menggali ke dalam Bumi atau menyuntikkan air limbah dalam waktu dekat. Namun Wilson mengatakan kita mungkin lebih siap untuk menghindari bencana terburuk, seperti gempa bumi di Tiongkok tahun 2008.