Apakah Benar Letusan Tambora Penyebab Kekalahan Napoleon di Waterloo?

By Sysilia Tanhati, Minggu, 6 April 2025 | 10:00 WIB
Menurut penelitian, letusan Gunung Tambora turut andil dalam kekalahan Napoleon Bonaparte di Pertempuran Waterloo.
Menurut penelitian, letusan Gunung Tambora turut andil dalam kekalahan Napoleon Bonaparte di Pertempuran Waterloo. (Jialiang Gao/Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Kekalahan Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte dalam Pertempuran Waterloo tahun 1815 secara luas diyakini disebabkan oleh cuaca buruk di Inggris. Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa kemalangan Napoleon dengan hujan dan lumpur disebabkan oleh letusan Gunung Tambora di Indonesia. Gunung Tambora meletus 2 bulan sebelum pertempuran itu.

Penelitian tersebut diterbitkan oleh The Geological Society of America. Menurut penelitian, letusan besar Gunung Tambora di Indonesia mungkin telah memengaruhi cuaca hampir setengah dunia jauhnya. Dan pada gilirannya mengubah jalannya sejarah.

Pada malam sebelum pertempuran terakhir Napoleon, hujan lebat membanjiri wilayah Waterloo di Belgia. Dan sebagai hasilnya, Kaisar Prancis memilih untuk menahan pasukannya. “Napoleon khawatir bahwa tanah yang becek akan memperlambat pasukannya,” tulis Bernadette Deron di laman All That’s Interesting.

Keputusan itu mungkin dianggap sebagai pilihan yang bijaksana dari pihak Napoleon. Namun waktu tambahan tersebut memungkinkan Tentara Prusia untuk bergabung dengan tentara Sekutu yang dipimpin Inggris. Gabungan tentara tersebut membantu mengalahkan Prancis.

Sebanyak 25.000 orang pasukan Napoleon tewas dan terluka dalam pertempuran. Begitu ia kembali ke Paris, Napoleon turun takhta dan menjalani sisa hidupnya di pengasingan di pulau terpencil Saint Helena.

Dan semua itu mungkin tidak akan terjadi jika bukan karena salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah dunia. Letusan Gunung Tambora dapat terdengar hingga 2.500 km jauhnya dengan abu yang jatuh sejauh 1.300 dari gunung berapi itu sendiri. Selama 2 hari setelah letusan, wilayah sejauh 560 km yang mengelilingi gunung itu berada dalam kegelapan pekat.

Dr. Matthew Genge, profesor di Imperial College London, percaya bahwa Gunung Tambora mengeluarkan gumpalan abu vulkanik beraliran listrik yang sangat besar. Abu vulkanik itu dapat memengaruhi cuaca di tempat-tempat yang jauh seperti Eropa. Abu tersebut secara efektif “memutus arus listrik” di ionosfer. Ionosfer merupakan bagian atas atmosfer tempat terbentuknya awan.

Sebelumnya, para ahli geologi percaya bahwa abu vulkanik tidak dapat mencapai wilayah paling atas atmosfer ini. Namun penelitian Dr. Genge membuktikan sebaliknya. Ia berpendapat bahwa abu vulkanik yang bermuatan listrik dapat menolak gaya listrik negatif di atmosfer, sehingga abu tersebut melayang di atmosfer.

Dalam kasus letusan yang sangat besar, fenomena abu statis ini dapat mencapai lapisan atmosfer paling atas. Serta menciptakan gangguan cuaca yang tidak normal di seluruh dunia. Indeks Ledakan Vulkanik Gunung Tambora berada pada angka 7 pada skala 1 hingga 8. Jadi tidak mengherankan jika dampak dari letusan ini menyebabkan “tahun tanpa musim panas”. Letusan juga berpotensi mengubah cuaca yang akan menyebabkan kekalahan Napoleon dalam Pertempuran Waterloo.

Sayangnya, tidak ada cukup data cuaca yang dapat diandalkan dari tahun 1815 untuk membuktikan teori Dr. Genge. Secara khusus, yang berkaitan dengan Gunung Tambora. Tapi ia menekankan poin bahwa Eropa mengalami cuaca basah yang tidak sesuai musim pada bulan-bulan setelah letusan.

Dr. Genge percaya bahwa cuaca dapat dijelaskan oleh penekanan dan pemulihan pembentukan awan berikutnya karena levitasi abu vulkanik. Dan Dr. Genge secara khusus menyebutkan Pertempuran Waterloo sebagai titik acuan untuk membuktikan teorinya. “Cuaca basah di Eropa telah dicatat oleh para sejarawan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kekalahan Napoleon Bonaparte dalam Pertempuran Waterloo. Siapa yang tahu bahwa gunung berapi di belahan dunia lain mungkin menjadi penyebab kekalahan Napoleon.

Baca Juga: Mengapa Napoleon Begitu Terkenal dan Membuat Banyak Orang Terobsesi?