Nationalgeographic.co.id—Tradisi pemakaman seorang Paus, pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, selalu menjadi sorotan dan penuh misteri.
Ketika berita duka cita menyelimuti Vatikan, perhatian dunia tertuju pada ritual sakral yang akan mengiringi kepergian Paus Fransiskus. Lebih dari sekadar prosesi pemakaman biasa, setiap detail memiliki makna mendalam, mencerminkan sejarah panjang dan ajaran Gereja Katolik.
Salah satu aspek paling mencolok adalah penggunaan tiga peti mati, sebuah praktik yang mungkin menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang.
Mengapa tiga peti mati? Apa simbolisme di balik lapisan-lapisan perlindungan ini? Apakah ini sekadar tradisi kuno, atau ada makna spiritual yang lebih dalam?
Artikel ini akan mengupas tuntas alasan di balik tradisi unik ini, mengungkap lapisan-lapisan sejarah, simbolisme, dan keyakinan yang mengelilingi pemakaman seorang Paus.
Anda akan diajak menyelami prosesi pemakaman yang penuh khidmat, dari konfirmasi wafatnya oleh Camerlengo hingga penguburan di ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus.
Temukan bagaimana setiap elemen, termasuk pemilihan bahan peti mati dan benda-benda yang disertakan, memiliki arti penting dalam merayakan kehidupan dan warisan spiritual seorang pemimpin besar.
Ritual-Ritual Setelah Kepergian
Segera setelah wafatnya seorang Paus, seperti dilansir laman Kenyans.co.ke, langkah-langkah awal yang sangat spesifik dilakukan. Camerlengo Gereja Roma Suci, saat ini Kardinal Kevin Farrell, memiliki tugas penting untuk secara resmi mengonfirmasi kematian tersebut.
Menurut tradisi kuno, konfirmasi ini dilakukan dengan memanggil nama baptis mendiang Paus sebanyak tiga kali. Hanya setelah tidak ada respons, Camerlengo dengan khidmat menyatakan, "Paus benar-benar telah tiada."
Tindakan simbolis yang sangat kuat menyertai momen krusial ini: Cincin Nelayan Paus, sebuah cincin emas unik yang melambangkan wewenang pastoralnya dan dihancurkan setelah kematiannya untuk mencegah pemalsuan dokumen kepausan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Siapa yang Akan Menggantikannya?