Ekspedisi Ilmiah untuk Rancang Masa Depan Laut yang Berkelanjutan di Kepulauan Teon, Nila, dan Serua

By Utomo Priyambodo, Jumat, 2 Mei 2025 | 07:00 WIB
Salah satu kapal ekspedisi yang digunakan oleh tim peneliti dengan latar pegunungan di Pulau Nila, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Salah satu kapal ekspedisi yang digunakan oleh tim peneliti dengan latar pegunungan di Pulau Nila, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. (Adia Puja/YKAN)

“Masyarakat sangat mendukung kegiatan ini. Sebagai masyarakat pesisir, kehidupan kami sangat bergantung pada potensi laut. Harapan kami, apa yang dihasilkan dari penelitian ini bisa menjadi langkah awal untuk menjaga laut kita," ucap Islanti Lakotani, Kepala Dusun Kokroman, Pulau Nila.

"Dengan adanya kerja sama seperti ini, kami merasa lebih yakin bisa melindungi wilayah kami dengan cara yang bijak dan berkelanjutan,” imbuhnya optimistis.

Tim ekspedisi dan nelayan dari Negeri (Desa) Mesa sedang memetakan wilayah tangkap ikan dan kondisi perairan di sekitar Pulau Teon, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Tim ekspedisi dan nelayan dari Negeri (Desa) Mesa sedang memetakan wilayah tangkap ikan dan kondisi perairan di sekitar Pulau Teon, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. (Adia Puja/YKAN)

Ekspedisi ini diharapkan menghasilkan sejumlah data penting yang akan menjadi fondasi dalam pengelolaan kawasan pesisir dan laut di Pulau Teon, Nila, dan Serua yang mengintegrasikan perlindungan biodiversitas dengan strategi ekonomi biru berbasis masyarakat. Gunanya untuk memastikan pengelolaan laut yang berkelanjutan di wilayah TNS.

Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Berbasis Masyarakat

Penelitian ini menjadi langkah penting dari rencana pengelolaan sumber daya perikanan yang mencakup sistem Territorial Use Rights for Fishing (TURF) masyarakat seluas sekitar 100.000 hektare. TURF merupakan sistem pengelolaan perikanan berbasis wilayah yang dilakukan oleh komunitas nelayan lokal atas suatu area perairan tertentu.

Dalam proses ini, YKAN melakukan pendekatan citizen science yang menjadi elemen kunci, di mana masyarakat secara aktif terlibat dalam pengumpulan data, pemetaan, serta pemantauan kondisi ekosistem. Dengan demikian, hasil-hasil ilmiah tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga relevan secara sosial dan budaya.

"Wilayah perairan Pulau Teon, Nila, dan Serua memiliki potensi yang besar. Itulah mengapa pendekatan TURF menjadi relevan di ketiga pulau tersebut. Kami mempromosikan people-center conservation (konservasi yang fokus terhadap masyarakat)," jelas Glaudy Perdanahardja, Senior Manager Perikanan Berkelanjutan YKAN.

"Pendekatan ini tidak hanya melestarikan sumber daya alam, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan keberlanjutan ekonomi masyarakat. TURF memungkinkan masyarakat menjadi pelindung lautnya sendiri, dengan cara yang sesuai dengan budaya, kebutuhan, dan pengalaman mereka selama ini," papar Glaudy.

Tim penyelam sedang melakukan pemantauan kesehatan terumbu karang di perairan Pulau Nila, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. (Ray Purnama)

Pendekatan ini menekankan prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa), dengan memastikan masyarakat lokal terlibat aktif dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan. Pendekatan ini juga membuka ruang kolaborasi lintas pihak.

“Kami percaya, keberhasilan konservasi harus berakar pada komunitas. Data dari ekspedisi ini akan menjadi fondasi dalam merancang zonasi kawasan yang tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga mendorong ekonomi biru yang adil dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal,” kata Muhammad Ilman, Direktur Program Kelautan YKAN.

Ekspedisi ini mencerminkan semangat kolaboratif dan pendekatan ilmiah dalam membangun masa depan laut Indonesia yang sehat dan berkeadilan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan untuk pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis komunitas dan mendukung praktik perikanan kecil yang berpijak pada sains dan lokalitas.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.