Siapakah 'Hobbit' Flores? Inilah Apa yang Diketahui tentang Manusia Purba Ini

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 24 Mei 2025 | 11:00 WIB
Menurut sebuah studi tahun 2013, otak Homo floresiensis berukuran sekitar sepertiga dari ukuran otak Homo sapiens.
Menurut sebuah studi tahun 2013, otak Homo floresiensis berukuran sekitar sepertiga dari ukuran otak Homo sapiens. (Photograph By Ira Block, Nat Geo Image Collection)

Berdasarkan analisis kerangka, individu tersebut memiliki tinggi sekitar satu meter dan berat sekitar 16 kilogram. Fosil itu diberi kode LB1 oleh para ilmuwan, dan dijuluki dengan penuh kasih sayang sebagai “Flo.”

Ukuran tubuhnya yang kecil sempat membuat para peneliti mengira bahwa fosil itu milik seorang anak. Namun mereka segera menyadari bahwa yang mereka temukan adalah sesuatu yang sangat berbeda—dan mengungkap identitas individu purba ini menjadi misteri besar pertama yang harus dipecahkan.

Liang Bua adalah gua dingin tempat ditemukannya manusia kerdi Homo floresiensis yang namanya berarti manusia dari Flores.
Liang Bua adalah gua dingin tempat ditemukannya manusia kerdi Homo floresiensis yang namanya berarti manusia dari Flores. (Rosino/WorldHistory.org)

Siapakah Sebenarnya ‘Hobbit’ Ini?

Penemuan fosil manusia kecil di Liang Bua langsung memicu tanda tanya besar—terutama soal usianya. Laporan geologi lama menunjukkan bahwa tulang-tulang tersebut berasal dari lapisan batuan berumur sekitar 18.000 tahun, jauh lebih muda dibanding kemunculan manusia modern yang diperkirakan terjadi sekitar 300.000 tahun lalu di Afrika.

Namun, setelah diteliti lebih dalam, tulang-tulang itu ternyata tidak berasal dari anak manusia modern. Sebaliknya, bentuknya justru lebih menyerupai manusia awal dari genus Homo yang hidup dua juta tahun lalu, bukan manusia Zaman Es seperti kita ataupun Neanderthal.

Pada tahun 2004, tim peneliti Liang Bua secara resmi menamai kerabat kecil manusia ini sebagai Homo floresiensis.

Namun, penemuan ini segera diselimuti kontroversi. Pada akhir tahun 2004, antropolog Indonesia Teuku Jacob mengambil sebagian besar fosil H. floresiensis dari koleksi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jakarta.

Ia bersikeras bahwa tulang-tulang itu adalah milik manusia modern dengan kelainan pertumbuhan, bukan spesies manusia yang berbeda. Desas-desus pun muncul bahwa fosil yang sangat rapuh itu tidak dipindahkan dengan prosedur ilmiah yang benar.

Beberapa bulan kemudian, fosil-fosil itu akhirnya dikembalikan. Namun sejumlah bagian rusak dalam proses pengangkutan bolak-balik antara laboratorium. Tim Liang Bua dan Jacob berselisih soal apa yang sebenarnya terjadi. Skandal ini memicu reaksi keras hingga akhirnya pemerintah Indonesia menutup akses ke Liang Bua selama dua tahun penuh.

Meski begitu, penggalian lanjutan di gua tersebut membuahkan hasil lebih kaya. Hingga tahun 2015, para arkeolog menemukan sisa-sisa kerangka dari setidaknya 15 individu H. floresiensis di Liang Bua.

Hasil penanggalan radiokarbon terbaru menunjukkan bahwa mereka hidup di gua itu antara 60.000 hingga 100.000 tahun lalu. Sementara itu, alat-alat batu dari situs lain di Flores mengindikasikan bahwa manusia purba sudah hadir di pulau tersebut setidaknya satu juta tahun lalu.