Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1159 SM, sebuah peristiwa penting terjadi di Deir el-Medina, sebuah desa pekerja yang dibangun khusus bagi para pengrajin makam kerajaan di Lembah Para Raja, Mesir. Desa Deir el-Medina merupakan desa yang dihuni para pengrajin elit yang bertugas membangun dan menghias makam para firaun di Lembah Para Raja.
Mereka melakukan mogok kerja karena keterlambatan pembayaran upah mereka dalam bentuk jatah gandum, biji-bijian dan bir. Mereka menuntut hak mereka dengan melakukan aksi duduk di kuil-kuil dan menulis surat kepada pejabat tinggi, termasuk firaun.
Aksi ini tercatat sebagai mogok buruh pertama dalam sejarah yang terdokumentasi, menunjukkan kesadaran kolektif pekerja akan hak-hak mereka dan menjadi tonggak awal dalam sejarah perjuangan buruh.
Awal Mula
Ramses III (1186–1155 SM) dikenal sebagai firaun terakhir yang berhasil mempertahankan kejayaan Dinasti Baru Mesir. Ia menjaga perbatasan negara, menavigasi hubungan luar negeri yang terus berubah, dan memulihkan banyak kuil serta monumen yang sempat terbengkalai.
Seperti pendahulunya yang termasyhur, Ramses II (1279–1213 SM), ia ingin dikenang sebagai raja agung sekaligus bapak bangsa. Di awal masa pemerintahannya, ia sempat mencapai harapan itu.
Namun, situasi Mesir saat itu berbeda jauh dari masa kejayaan Ramses II. Negeri ini telah kehilangan sebagian besar pengaruhnya di dunia luar. Pendapatan dari upeti dan perdagangan menurun drastis, sementara tekanan dari luar kian meningkat.
Pada tahun 1178 SM, konfederasi yang dikenal sebagai Sea Peoples (Bangsa Laut) melancarkan serangan besar-besaran ke Mesir. Ini adalah kali ketiga mereka mencoba menaklukkan negeri itu, setelah dua upaya sebelumnya digagalkan oleh Ramses II dan penerusnya, Merenptah (1213–1203 SM). Namun, kali ini pasukan musuh jauh lebih besar, sementara sumber daya Mesir semakin menipis.
Ramses III tetap berupaya mempertahankan negeri dengan segala cara. Ia memperkuat benteng di perbatasan, mengerahkan angkatan laut, dan memulai wajib militer dari seluruh distrik untuk memperbesar kekuatan tentara.
Strateginya adalah memancing kapal musuh mendekat ke muara Sungai Nil agar bisa dihujani panah oleh pasukan Mesir dari darat, namun tetap menjaga jarak agar mereka tak sempat mendarat.
Strategi ini berhasil. Dalam pertempuran laut yang sengit, pasukan Bangsa Laut berhasil dikalahkan—banyak dari mereka tewas tertembus panah atau tenggelam saat kapal mereka dihancurkan.
Baca Juga: Di Ibu Kota Pendudukan Belanda, Nona Setiati Memimpin Perayaan Buruh 1 Mei 1947