Penemuan Dinosaurus Baru Picu Perdebatan di Kalangan Paleontolog

By Lastboy Tahara Sinaga, Senin, 5 Mei 2025 | 07:00 WIB
Rekonstruksi 'Lokiceratops rangiformis'. Karya seni Fabrizio Lavezzi
Rekonstruksi 'Lokiceratops rangiformis'. Karya seni Fabrizio Lavezzi (Evolutionsmuseet, Knuthenborg)

Namun, Mallon skeptis bahwa lima spesies pemakan tumbuhan besar dapat hidup berdampingan di wilayah sekecil itu yang sekarang disebut Montana dan Kanada bagian barat. Ceratopsida sebagian besar bervariasi dalam pola jumbainya dan tidak terlalu banyak dalam adaptasi makan. "Rahang dan gigi mereka kurang lebih terbentuk dengan cara yang sama," ungkapnya.

Jika wilayah itu memang mendukung keragaman sebanyak itu, katanya, Anda akan mengharapkan hewan-hewan itu memakan berbagai jenis tanaman untuk menghindari persaingan. Dia mengatakan dinosaurus mungkin hanya termasuk dalam satu atau dua spesies, dengan masing-masing hewan memiliki jumbai yang unik. Penelitian lain telah menemukan perbedaan yang signifikan pada tutup kepala dinosaurus dalam spesies yang sama.

“Masih harus dibuktikan,” kata Mallon, “tapi tidak bisa dipungkiri bahwa [L. rangiformis] sangat mirip dengan spesies lain yang sudah kita kenal.”

Elizabeth Freedman Fowler, paleontolog dinosaurus di Dickinson State University yang juga tidak terlibat dalam studi ini, sependapat bahwa beberapa fosil yang dianggap spesies berbeda mungkin sebenarnya hanya spesimen berbeda dari spesies yang sama.

Ia juga mempertanyakan metode pengumpulan fosil tersebut. Tim Eatman mengambil tulang-tulang tersebut langsung dari sedimen dan menempelkan beberapa potongan menggunakan lem super. Hanya dua fosil yang dibungkus dengan metode “jaket plester” standar untuk melindungi tulang rapuh; sisanya hanya dibungkus aluminium foil.

“Saya hampir kena serangan jantung kecil saat membaca detail ini,” kata Freedman Fowler. “Itu bukan praktik yang baik, ... bukan metode pengumpulan yang bertanggung jawab.” Ia menambahkan bahwa beberapa tulang mungkin pecah, dan informasi penting tentang spesimen ini bisa saja hilang selamanya.

Menurut Sertich, pengumpulan fosil tanpa menggunakan metode kerja lapangan yang tepat masih menjadi persoalan di dunia paleontologi, baik di kalangan komersial maupun nonkomersial. Meski begitu, ia menyatakan bahwa keberadaan spesimen ini masih dapat dianggap sebagai keberuntungan karena tidak berakhir di tangan kolektor pribadi—sebuah nasib yang sering menimpa banyak fosil di Amerika Serikat.

Sementara itu, Mallon menyampaikan bahwa penemuan semua spesies dinosaurus bertanduk tersebut membawa kegembiraan sekaligus rasa frustrasi. Hal ini disebabkan oleh perdebatan yang selalu muncul dengan setiap penemuan baru. Ia menambahkan bahwa materi yang telah ditemukan sejauh ini pun belum sepenuhnya dipahami oleh para peneliti, sehingga perdebatan tersebut terus berlanjut.

Penemuan Lokiceratops rangiformis tidak hanya memperkaya daftar spesies dinosaurus bertanduk di Amerika Utara, tetapi juga menyoroti kompleksitas dunia paleontologi itu sendiri—sebuah bidang yang terus berkembang di tengah tantangan metodologis dan perdebatan akademik.

Di balik keindahan dan keunikan anatomi makhluk purba ini, tersimpan kisah tentang ketekunan, kontroversi, dan upaya manusia untuk merekonstruksi masa lalu dari pecahan-pecahan tulang yang rapuh.

Apakah L. rangiformis benar-benar spesies baru atau sekadar varian dari yang sudah ada, hanya waktu dan penelitian lanjutan yang bisa menjawabnya. Namun yang pasti, fosil ini menjadi pengingat bahwa bumi pernah dihuni oleh makhluk-makhluk luar biasa yang misterinya masih terus kita gali hingga hari ini.

   

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.