Ingat Serial the Last of Us? Kini Ilmuwan Ingin Kendalikan Jamur Zombi

By Ricky Jenihansen, Minggu, 11 Mei 2025 | 09:00 WIB
Saat menempel pada sehelai daun di hutan hujan Amazon Peru, seekor ngengat menjadi tuan rumah dari invasi jamur yang mematikan. Ophiocordyceps humberti, jamur patogen serangga, muncul dari tubuh ngengat yang tak bernyawa dalam bentuk benang-benang tipis yang disebut stromata. Serangga dari ordo Lepidoptera—termasuk ngengat dan kupu-kupu—merupakan korban yang paling sering terjangkit oleh parasit hutan yang senyap ini.
Saat menempel pada sehelai daun di hutan hujan Amazon Peru, seekor ngengat menjadi tuan rumah dari invasi jamur yang mematikan. Ophiocordyceps humberti, jamur patogen serangga, muncul dari tubuh ngengat yang tak bernyawa dalam bentuk benang-benang tipis yang disebut stromata. Serangga dari ordo Lepidoptera—termasuk ngengat dan kupu-kupu—merupakan korban yang paling sering terjangkit oleh parasit hutan yang senyap ini. (National Geographic Image Collection)

“Yang paling menyeramkan adalah, mereka sering berkumpul di tempat yang sama, jadi kita menemukan semacam ‘kuburan masal’ semut,” kata Charissa de Bekker, ahli mikologi dari Utrecht University di Belanda yang tidak terlibat dalam penelitian Araújo. “Kita belum tahu pasti mengapa hal ini terjadi.”

Evolusi telah membentuk hubungan unik antara setiap spesies jamur zombi dan satu jenis serangga tertentu. Hubungan ini paling sering terlihat pada semut, tetapi tim ilmuwan yang termasuk Araújo baru-baru ini menemukan bahwa jamur ini juga bisa menginfeksi laba-laba dan tawon, menjadikannya zombi.

“Proses zombifikasi pada artropoda oleh jamur mungkin jauh lebih umum dan beragam dari yang kita kira,” ujar Araújo.

Namun pada tahun 2018, ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan: beberapa spesies Ophiocordyceps ternyata pernah mengalami “balik arah” evolusioner.

Alih-alih terus menjadi parasit mematikan, mereka justru berubah menjadi sekutu inangnya—menyuplai asam amino penting, bukan menyebarkan jamur di dalam tubuh.

Kemampuan mengejutkan untuk beralih dari parasit ke simbiont inilah yang menjadi inti penelitian Araújo. Jika inangnya adalah hama seperti kutu daun, maka membunuh jamurnya akan otomatis membunuh serangganya.

Artinya, pengelola pertanian bisa menyemprotkan fungisida yang hanya menargetkan jamur ini—tanpa mengganggu organisme lain.

“Garis keturunan jamur yang sama bisa menjadi parasit pembunuh inang sekaligus simbiont yang memberi nutrisi,” kata Araújo. “Ini benar-benar mencengangkan.”

Meski menjanjikan, pemanfaatan jamur ini masih butuh waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan. Saat ini, diketahui ada setidaknya 320 spesies Ophiocordyceps, dan kurang dari dua puluh spesies yang telah dipelajari secara mendalam. Para ilmuwan masih berusaha memahami cara kerja mereka satu per satu.

Dari rimbunnya hutan hujan Tambopata di Peru, seekor lalat menjadi tempat tumbuh bagi salah satu jamur entomopatogen paling spesialis di alam: Ophiocordyceps dipterigena. Jamur ini membajak perilaku lalat, mengarahkannya ke lokasi yang ideal untuk perkembangan jamur. Setelah lalat mati, tubuhnya menumbuhkan struktur pembawa spora yang meletus ke udara—melepaskan agen infeksi mikroskopis yang mencari inang berikutnya. (Natgeo Image Collection)

Hasil Awal yang Menjanjikan

Penelitian awal menunjukkan bahwa jamur zombi dan kerabat dekatnya punya potensi besar untuk mengendalikan hama pertanian.