Nationalgeographic.co.id—Setiap hari, patroli perbatasan dari India dan Pakistan mengibarkan bendera masing-masing dalam upacara pagi. Saat matahari terbenam, ritual yang lebih rumit pun berlangsung dengan penonton di kedua sisi – penurunan bendera.
Upacara ini juga dikenal sebagai “beating the retreat”. Dan menjadi tradisi militer gabungan antara Indian Border Security Force (BSF) dan Pakistan Rangers sejak 1959.
Sebelum menurunkan bendera, BSF dan Rangers terlibat dalam pertunjukan pawai, latihan, dan penghormatan yang memukau. Kompetisi yang seru ini mencerminkan sejarah yang rumit antara kedua negara – persaingan yang dipenuhi dengan sentuhan persaudaraan.
Penonton dari kedua sisi perbatasan bersorak untuk pasukan mereka, menciptakan suasana yang mirip dengan pertandingan kriket India-Pakistan yang penuh semangat! Menyaksikan pasukan yang disiplin berbaris dengan bangga mengenakan seragam mereka adalah pengalaman yang benar-benar ikonik.
Menyaksikan pengalaman nan ikonik di perbatasan
Sekitar pukul 3.30 sore, hanya 25 kilometer dari Lahore, kerumunan orang yang bersemangat berkumpul di perbatasan Wagah–Attari. Perbatasan ini menjadi tempat dua negara yang bersaing – India dan Pakistan – bertemu.
Warga Pakistan melewati berbagai lapisan keamanan, berjalan di jalan berdebu selama 10 menit untuk mencapai tempat tersebut. Setiap hari, sebuah tontonan digelar di sini. Para penonton memenuhi dua tribun di kedua ujung hamparan aspal pendek. Penonton dipisahkan oleh pembatas kawat berduri dan dua gerbang megah yang terkunci, kecuali selama upacara.
Saat matahari terbenam, cahaya keemasan menyinari sisi India, tempat patung Mahatma Gandhi berada. Menjulang tinggi, patung itu bak sedang mengawasi ribuan orang yang bergoyang mengikuti lagu-lagu Hindi dan Punjabi. Ribuan orang meneriakkan slogan-slogan patriotik.
Sisi Pakistan, yang sedang dibangun, menampung kerumunan yang lebih kecil tetapi sama bersemangatnya. Upacara dimulai pada pukul 4.30 sore. Pasukan Pakistan dengan seragam hitam mencolok. Sedangkan Indian Border Security Force mengenakan pakaian khaki yang rapi. Keduanya berbaris dan setiap langkah mereka merupakan pernyataan kekuatan.
Tentara wanita memimpin barisan, sepatu bot mereka menghantam aspal seperti ketukan drum yang menantang. Setiap hentakan, setiap kaki yang diangkat, setiap tatapan tajam merupakan tantangan. “Sebuah upaya untuk mengungguli, melangkah lebih maju, dan mengalahkan yang lain,” tulis Saqlain Rizve di laman The Interpreter.
Tiap sisi menggaungkan perang suara. “Pakistan Zindabad!” (hidup Pakistan) berbenturan dengan “Bharat Mata ki Jai!” (kemenangan bagi Ibu India). Momen ini merupakan sebuah kontes yang tidak pernah diumumkan siapa pemenangnya. Sesekali, keheningan singkat terjadi. Namun, untuk menenangkan diri berarti menyerah, dan penonton tidak akan membiarkan itu.
Baca Juga: Jadi Penyebab Perang India-Pakistan, Ini 5 Alasan Kashmir Begitu Vital
Di sisi Pakistan, seorang pria dengan pakaian tradisional bertindak sebagai konduktor, memberi isyarat kepada penonton untuk menjaga energi tetap tinggi. Penonton mematuhinya.
Di sisi India, pemandangan itu tercermin, hiruk-pikuk tinju terangkat dan suara-suara yang tak henti-hentinya. Suasana yang penuh semangat terasa seperti pertempuran tanpa senjata, yang dipicu oleh nasionalisme.
Setelah 20 menit, keriuhan mereda. Para prajurit bertemu di gerbang, saling menatap sebelum berjabat tangan secara resmi. Bendera diturunkan dengan presisi yang serempak, dan begitu saja, hiruk pikuk mereda. Perbatasan kembali tenang dan gelisah – hingga pertunjukan berikutnya.
Awal mula upacara di perbatasan Wagah-Attari
Upacara Perbatasan Wagah–Attari diadakan setiap sore sejak 1959 di perbatasan Wagah–Attari, tepat di luar Amritsar, India, dan Lahore, Pakistan. Upacara ini dimulai sebagai rutinitas militer sederhana untuk menurunkan bendera nasional, tetapi segera menjadi acara teatrikal.
Selama bertahun-tahun, upacara ini telah berkembang menjadi pertunjukan patriotisme yang semarak. Namun, upacara ini secara halus memperkuat permusuhan antara kedua negara.
Awal mula upacara ini berawal dari Pemisahan India pada tahun 1947, yang menjadikan India dan Pakistan sebagai negara terpisah. Pergolakan dan permusuhan yang terjadi setelahnya menyebabkan konflik selama puluhan tahun. Termasuk perang tahun 1948, 1965, dan 1999. Perang tersebut mengakibatkan ribuan orang tewas dan ketegangan yang terus berlanjut di wilayah Kashmir.
Permusuhan yang mengakar antara kedua negara masih ada, terbukti dari pernyataan para politisi dan warga biasa.
Upacara di Perbatasan Wagah-Attari dimaksudkan untuk melambangkan kedaulatan dan kekuatan militer. Namun, upacara itu juga menjadi pengingat akan jurang pemisah yang tajam di antara India dan Pakistan.
Sekilas, upacara itu tampak seperti hiburan dan isyarat kerja sama dan persahabatan bagi turis yang menyaksikan. Di sisi lain, upacara tersebut secara halus mempromosikan versi nasionalisme ekstrem yang berakar pada agresi dan persaingan.
Baca Juga: Penyebab Konflik India Pakistan: Mengapa Kashmir Terus Memicu Sengketa Kedua Negara?
Upacara di perbatasan Wagah-Attari bukan sekadar ritual militer. “Namun menjadi ruang di mana hubungan yang bermusuhan antara India dan Pakistan diperagakan kembali dan dirayakan,” tambah Rizve. Pertunjukan tersebut memperkuat gagasan bahwa kebanggaan nasional terkait dengan kekuatan militer dan kemampuan untuk mendominasi negara lain.
Bentuk nasionalisme ini secara efektif disebarkan melalui tontonan dan emosi daripada propaganda langsung. Upacara ini dapat diakses oleh orang-orang dari segala usia dan menawarkan perayaan patriotik yang penuh emosi. Postur dan gerakan para prajurit tidak hanya melambangkan disiplin. Tapi juga perpecahan politik dan emosional yang sedang berlangsung antara India dan Pakistan.
Jenis nasionalisme ini, sebagaimana dijelaskan oleh ilmuwan sosial Michael Billig, mencakup cara-cara sehari-hari di mana identitas nasional diperkuat melalui ritual dan simbol.
Tontonan yang penuh emosi dan intens dari upacara perbatasan Wagah–Attari adalah contohnya. Para penonton tidak pulang dengan pemikiran kritis tentang sejarah. Sebaliknya, mereka membawa serta rasa superioritas nasional yang tinggi dan rasa persaingan yang semakin dalam.
Upacara perbatasan Wagah–Attari merupakan pertunjukan semangat nasional yang penuh warna dan energik. Namun upacara ini juga berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk mempromosikan nasionalisme yang ekstrem.
Dengan mengubah patriotisme menjadi pertunjukan agresi dan persaingan, upacara tersebut memastikan bahwa perpecahan antara India dan Pakistan tetap hidup dalam kesadaran publik. Penonton pun membentuk persepsi satu sama lain untuk generasi mendatang.
---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.