Karawapop, Laguna Hati yang Berapit Gugusan Pulau Papua Barat

By Marti Karina PS, Selasa, 15 Mei 2018 | 15:29 WIB
Karawapop, Laguna Hati di Misool (MARTI KARINA PS)

­

Sebelum akhirnya dapat menginjakkan kaki di puncak bukit Karawapop, Misool, kami harus terlebih dahulu melewati dua bebatuan besar—yang membentuk sebuah terowongan kecil dengan jalur mendekati vertical—dan bebatuan karang yang tajam.

“Ayo, sedikit lagi! Tengok ke atas, kamu bisa lihat saya kan?” teriak Febrian, seorang teman seperjalanan, menyemangati saya yang sudah mulai lelah mendaki bukit yang terletak di salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat ini.

Kontur bukit yang terjal dengan karang yang tajam, membuat kami harus secara bergantian memanjat dan menaklukkan medan ini. Pada beberapa area, kami pun harus memanjat sambil merayap ke samping.

Beberapa kali saya harus berhenti dan mengatur napas.

Rasa lelah dan sakit karena goresan karang pun terbayarkan ketika kami berhasil sampai di puncak dan melihat tanda hati yang disajikan alam bagi siapapun yang berhasil sampai di sini.

Tanda hati ini adalah sebuah laguna besar yang dikelilingi oleh gugusan pulau khas lautan Papua Barat. “Indah kan pemandangan dari atas? Mungkin Tuhan menciptakan laguna ini saat sedang berbahagia, jadi bentuknya hati,” ujar Judika, teman seperjalanan yang lain, sembari tertawa kecil.

Perjuangan menuju Karawapop

Cerita di atas sebenarnya hanya sebuah bagian dari perjalanan kami menuju bukit Karawapop. Sebelum akhirnya sampai di sini, kami pun harus melakukan beberapa kali perjalanan menggunakan jalur laut.

Pelabuhan rakyat menjadi gerbang utama menuju Misool. Dengan menggunakan kapal feri (melalui Sorong) menuju Pulau Yelu dan berganti dengan kapal cepat, kami pun tiba di Pulau Toton yang merupakan bagian dari distrik Misool—tempat kami menginap—dalam waktu hampir enam jam.

Perjalanan menggunakan feri ini hanya tersedia tiga kali dalam seminggu. Berbeda dengan Raja Ampat bagian utara yang bisa dituju langsung setiap hari dengan pilihan jalur udara maupun jalur laut.

Kondisi kapal feri untuk penyebrangan Pelabuhan Rakyat, Sorong menuju Misool (MARTI KARINA P.S)

Sekadar info, untuk menuju Misool terdapat alternatif rute perjalanan lain yang bisa kita coba sembari berburu foto. Melalui jalur laut Pulau Seram, Maluku Tengah, kita dapat menghemat waktu dibandingkan melalui Sorong.

Petualangan saya sebenarnya baru dimulai pada esok hari. Mengapa saya katakan bahwa perjalanan saya esok hari adalah sebuah petualangan, karena jarak yang jauh dan berbagai tantangan siap menyambut kami.

Pak Talib, pemilik penginapan, mengingatkan kami untuk menggunakan alas kaki yang baik karena pendakian menuju puncak Karawapop akan cukup sulit. "Gunakan yang aman dan nyaman supaya kaki kalian tidak luka", ucap Pak Talib.

Sebelum kami memulai perjalanan diawali dengan instruksi singkat dan pengecekkan perlengkapan kembali.

Jauhnya perjalanan membuat kami harus matang dalam mempersiapkan segala kebutuhan. Pengecekan terhadap perlengkapan pun dilakukan dengan sangat teliti.

Perjalanan di kapal kayu saat menuju Bukit Karawapop (MARTI KARINA P.S)

Selama perjalanan, laut seakan mempermudah perjalanan. Tidak ada ombak besar yang berpapasan dengan kami. Langit pun menyajikan birunya, seakan bersekongkol dengan laut. Bagaimana orang tidak dengan mudah jatuh cinta terhadap Indonesia timur jika gambaran inilah yang sering disajikan.

Jajaran bukit bebatuan karst pun mulai terlihat. Seketika saya teringat akan gambaran kehidupan jutaan tahun yang lalu, zaman prehistori.

“Ayo, bersiap! Bawa barang yang diperlukan saja. Agar tidak kesulitan nantinya,” ujar salah satu awak kapal memecah lamunan saya.

Memulai pendakian

Pada 10 menit awal pendakian, kami belum menemukan rintangan yang berarti. Jalur pendakian juga masih bisa dibilang cukup landai. Selepas itu, bukit Karawapop seakan tidak rela tidak membuat kenangan bagi para pengunjung yang datang. Jalur pendakian mulai berbeda.

Bisa dibilang sisa perjalanan hingga menuju puncak adalah jalur yang menantang. Setidaknya bagi saya. Jalur pendakian yang cenderung vertikal dengan banyak bebatuan tajam menjadi tantangan terberat.

Kami pun teringat ucapan Pak Talib bahwa alas kaki yang tepat adalah salah satu kunci dalam keberhasilan mendaki tempat ini. Melengkapi saran Pak Talib, kami juga menyarankan sarung tangan dalam pendakian agar tidak terluka ketika berpegangan pada bebatuan.

“Ikuti langkah saya, pegangan dengan batang pohon”, ujar Rivan seraya memandu langkah saya. Sesekali saya pun terjatuh karena menapakkan kaki di tanah bebatuan yang ternyata tidak kokoh.

Dermaga Bukit Karawapop, Misool (MARTI KARINA P.S)

30 menit berlalu dan kami berhasil sampai di puncak Karawapop. Seperti yang sempat saya ceritakan di awal, saya tertegun menyaksikan salah satu keindahan alam di bumi Indonesia ini. Seakan tidak ingin kehilangan momen, kami pun secara bergantian memotret. Tidak lupa, kami juga melakukan swafoto.

Mengabadikan momen di bukit Karawapop, Misool (MARTI KARINA P.S)

Teriknya matahari seakan tidak berarti apa-apa bagi saya setelah melewati rute perjalanan menuju puncak.

Jumlah hari yang ideal untuk berlibut di Misool adalah 5 hari. Dengan jumlah hari ini, kita dapat mengunjungi beberapa lokasi menarik seperti Karawapop, Balbulol, Namlol, Gua Puteri Termenung, Yapap, Puncak Harfat Jaya, Danau Ubur-ubur dan jika cuaca bersahabat dapat juga berkunjung ke Gua Keramat.