‘Yanny’ atau ‘Laurel’: Mengapa Kita Bisa Mendengar Kata yang Berbeda?

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 17 Mei 2018 | 14:00 WIB
Yanny atau Laurel: apa yang Anda dengar? (nymag.com)

Perdebatan mengenai kata Yanny atau Laurel ini bermula pada Sabtu (12/5) lalu, saat pengguna Reddit dengan akun ‘RolandCamry’ menggunggah sebuah klip audio dari Vocabulary.com.

Kemudian, pada Minggu malam, audio tersebut tersebar di Twitter setelah vlogger Cloe Feldman membagikannya kepada 209 ribu pengikutnya.

Cuitan Cloe tersebut memancing perhatian pengguna Twitter. Beberapa orang mengatakan mendengar “Yanny” dari audio tersebut, sementara yang lainnya menjawab “Laurel”.

Apa yang membuat mereka mendengar dua kata yang berbeda?

Ambiguitas

Sebuah teori yang dipaparkan di The Guardian, menyebut bahwa ilusi tersebut hanya contoh dari “stimulus ambigu perseptual”. Profesor David Alais dari The University of Sydney’s School of Psychology, mengatakan, stimulus itu terjadi ketika otak tidak dapat memutuskan apa yang kita lihat (atau dengar).

“Sesuatu bisa dilihat atau didengar dalam dua cara. Namun, terkadang pikiran membolak-balik dua interpretasi. Jika terdapat ambiguitas, otak akan mengunci pada salah satu interpretasi,” papar David.

“Suara Yanny atau Laurel ini termasuk ambigu karena memiliki waktu dan konten energi yang sama kuatnya. Wajar jika membingungkan,” tambahnya.

Saling tumpang tindih

Suzy Styles, asisten profesor di Nanyang Technological University -- yang mempelajari  otak, bahasa, dan persepsi intersensori -- menyampaikan pendapat terkait perdebatan Yanny atau Laurel ini melalui akun Twitter-nya.

Ia membuat langkah demi langkah untuk memecahkan misteri suara tersebut.

Pertama-tama, Styles merekam audio ‘Yanny or Laurel’, lalu menempatkannya pada spektogram. Dengan melihat visual suaranya, ia memberikan gambaran singkat mengenai formant (puncak spektral bunyi) dan peran yang dimainkan dalam setiap penggalan ucapan.

Dua formant pertama, F1 dan F2 merupakan penolong karena dapat membedakan huruf vokal.

F1 (paling bawah) dan F2 (di atas F1) ()

Seperti yang diperlihatkan Styles, rekaman audio tersebut memiliki beberapa ‘pita’ gelap dalam berbagai tingkat konsentrasi.

Menurut Styles, yang paling bermasalah adalah dua pita F1 (di bawah 1000 hz) yang berbeda – mereka menunjukkan dua bentuk yang saling tumpang tindih.

Pita F1 menunjukkan bentuk yang tumpang tindih antara frekuensi tinggi dan rendah. (Twitter @suzyjstyles)
Ketika pita F1 digabungkan dengan nada tinggi dari F2, maka itu akan menimbulkan suara “y”. Namun jika bagian tinggi di F2 dihilangkan, maka suara "y" tadi pun hilang.

Saat mendengarkan dengan frekuensir tinggi, yang terdengar adalah kata 'Yanny (Twitter @suzyjstyles)

Frekuensi suara tinggi

Di akun Twitter yang berbeda, Rory Turnbull, asisten profesor bahasa di University of Hawaii, juga mengatakan, frekuensi suara pada kata “Yanny” lebih tinggi dibanding interpretasi “Laurel”.

Dengan kata lain, jika mendengar rekaman tersebut dengan frekuensi rendah, Anda akan menemukan kata “Laurel”. Sebaliknya, frekuensi tinggi membuat Anda mendengar kata “Yanny”.

Menurut Turnbull, faktor lainnya bisa disebabkan oleh perangkat keras audio – seperti pengeras suara dari laptop, headphone, dan latar suara lain di ruangan yang sama.

Umur juga bisa menyebabkan Anda mendengar kata yang berbeda. Semakin tua, semakin sulit Anda mendeteksi frekuensi tinggi.