Pahami 'Rambu-rambu' Agar Pertemanan Tak Rusak Karena 'Politik Kantor'

By Gregorius Bhisma Adinaya, Jumat, 25 Mei 2018 | 13:21 WIB
Permasalahan di kantor dapat berimbas pada kualitas kerja. (BrianAJackson)

Dalam dunia kerja, urusan politik kantor seringkali tidak terhindarkan dan merusak pertemanan pada akhirnya. Perusahaan apapun dan di manapun kita bekerja, masalah ini pasti terjadi.

Lembaga bisnis Accounttemps merilis hasil penelitian mereka terkait hal ini. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 18% (minimal) dari waktu kerja—sekitar sembilan minggu setahun—dihabiskan untuk mengatasi konflik (baca: politik) di antara pekerja.

Baca juga: Waspada Memilih Tempat Pengisian Daya Smartphone di Tempat Umum!

Karena sebagian besar politik kantor bertujuan untuk mencapai keuntungan, tentu ada pihak yang pada akhirnya dirugikan. Seberapa besar kerugiannya menjadi indikasi apakah cara yang dipakai destruktif (merusak) atau konstruktif (membangun). Dalam prosesnya bisa saja terjadi perilaku “teman makan teman”.

Namun, sekecil apapun kerugian yang ditimbulkan, pertemanan di kantor akan menjadi tidak sebaik sebelumnya. Hal ini tentu membuat kantor menjadi tempat yang "tidak sehat". Bekerja pun menjadi tidak nyaman, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Walau permasalahan ini tidak terhindarkan, bukan berarti kita tidak bisa tetap menjaga kualitas pertemanan di kantor—di tengah situasi polik kantor yang kian memanas. Berikut ini adalah "rambu-rambu" dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan.

1. Berteman dengan siapapun

Jangan melakukan diskriminasi dalam berteman, bila memungkinkan bertemanlah juga dengan orang dengan posisi struktur terbawah. Walaupun berbeda tingkatan dalam struktur, setiap pekerja dan posisi pada akhirnya memiliki peran dan tugas yang saling melengkapi.

2. Membuka diri

Berbicara mengenai masalah yang sedang dialami kepada teman di kantor adalah hal yang tidak salah—pastikan dilakukan di saat yang tepat. Namun bila takut urusan pribadi akan menjadi konsumsi publik, baiknya kita juga membatasi sejauh mana topik tersebut untuk dibuka.

Yang perlu diketahui adalah apa yang kita ceritakan jangan sampai menjadi "virus" bagi teman yang sudah bersedia mendengarkan keluh kesah kita. Bila kita mampu membuka diri dengan baik, kita akan semakin banyak memiliki teman baik di kantor.

Baca juga: Peneliti Ungkap Kondisi Bumi 2,4 Miliar Tahun Lalu, Seperti Apakah?

3. Pandai membaca karakter teman

Memang perlu keterampilan khusus untuk membaca karakter seseorang, namun ada beberapa tanda yang secara awam dapat terlihat. Salah satu tanda yang terlihat dengan jelas adalah bagaimana orang lain bersikap atau memberikan respons terhadap orang tersebut.

Walau begitu, bukan berarti kita harus menjauhi teman kantor dengan karakter yang kurang baik. Kita hanya perlu lebih berhati-hati dalam memposisikan diri dalam situasi yang melibatkan orang tersebut.

Pertemanan menjadi rusak, imbas dari politik kantor. (Thinkstock)

4. Sportif

Bila sudah terlibat dalam sebuah masalah yang dipicu oleh diri sendiri, jangan sungkan untuk meminta maaf. Sebaliknya, bila kita yakin bahwa kita tidak salah—perlu dipastikan terlebih dahulu—jangan sungkan juga untuk mengatakan kebenaran.

Banyak atasan menciptakan persaingan di antara bawahannya agar motivasi kerja meningkat. Namun jangan jadikan situasi ini alasan untuk memusuhi seseorang.

5. Profesional

Lakukan tugas Anda sebaik-baiknya, jangan teralihkan oleh hal-hal pribadi. Bisa saja Anda merasa tidak suka kepada seorang rekan kerja karena cara berpakaiannya tapi jangan lantas Anda tak mau bekerja sama dengan orang tersebut.

Baca juga: Kisah Cinta Rahasia Perawat Militer Amerika dengan Tahanan Perang Nazi

6. Ambisius namun jangan menjatuhkan orang lain

Godaan terbesar saat kita ingin mencapai sebuah target adalah mengorbankan rekan kerja, bahkan sahabat sendiri. Salah satu kejadian paling umum adalah, agar kita terlibat lebih baik maka kita mengumbar kesalahan orang lain. Lebih buruk lagi adalah menjatuhkan orang lain agar hasil kerja kita lebih baik.

7. Jangan sungkan belajar dari "junior"

Lamanya kita bekerja pada sebuah perusahaan tidak selalu menjamin bahwa kita lebih baik dari orang lain yang baru saja mulai bekerja dalam perusahaan.

Seringkali kita berada dalam posisi yang nyaman dan membuat kita menjadi sulit untuk mengambil tantangan dan mengembangkan diri. Sementara orang lain sudah lebih dahulu mengembangkan diri mereka sebelum masuk ke dalam perusahaan yang sama dengan kita.