Sejak tahun 2007 lalu, Pemerintah Surabaya berupaya menelusuri letak rumah kelahiran Bung Karno dengan melakukan kajian terhadap hasil riset Institut Sukarno dan Dinas Pariwisata dan Budaya serta dokumen sejarah lainnya.
Pemerintah kota Surabaya pun menemukan rumah kelahiran Bung Karno di kampung Pandean, dan telah menetapkannya sebagai bangunan cagar budaya pada 2013 lalu, seperti dijelaskan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwik Widayati.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan berupaya untuk membeli rumah ini, tetapi masih dalam proses penjajakan dengan pemilik rumah.
"Waktu itu ada masukan dari lembaga Institut sukarno dan memprosesnya sebagai bangunan cagar budaya, juga masukan dari anggota masyarakat," jelas Wiwik.
"Pemerintah kota mencoba telah ditetapkan jadi cagar budaya, rumah ini terpelihara sehingga diharapkan tidak terjadi perubahan bangunan itu tahap yang baru dilaksanakan, kami masih proses (untuk pembelian) sampai hari ini," jelas Wiwik.
Mengapa jadi kontroversi?
Kota tempat kelahiran Presiden RI pertama kembali menjadi pembicaraan setelah presiden Joko Widodo dalam pidato Peringatan Hari Pancasila Sakti menyebutkan Blitar sebagai kota kelahiran Sukarno. Padahal sumber-sumber sejarah menyebutkan Sukarno lahir di Surabaya. Mengapa berbeda?
Peter A Rohi menyebutkan perbedaan tersebut terjadi karena ada kesalahan dalam menerjemahkan buku tentang sukarno yang ditulis dalam bahasa Inggris oleh seorang jurnalis AS Cindy Adams.
"Selanjutnya buku itu diterjemahkan oleh tim penulis sejarah dari ABRI (TNI) dengan menyebutkan Bung Karno lahir di Blitar," jelas Peter.
Baca juga: Patahnya Palu Sidang dan Firasat Harmoko Mengenai Kejatuhan Soeharto
Padahal dalam buku karya Cindy Adams, menurut Peter, Bung Karno mengatakan: "Karena bapak saya berpindah-pindah, maka ketika pindah ke Surabaya, di tempat itulah saya lahir," jelas Peter.
Dia menjelaskan dalam semua buku-buku biografi Bung Karno yang terbit sebelum tahun 1966, terang Peter, ditulis bahwa Bung Karno lahir di Surabaya.
Tetapi buku terjemahan karya Cindy Adams yang diterbitkan kembali pada 2007 lalu, menyebutkan Sukarno lahir di Surabaya.