Menyedihkan, Gunung Everest Kini Dipenuhi Sampah Para Pendaki

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 20 Juni 2018 | 16:29 WIB
Para pendaki Everest dengan sampah-sampah mereka. (Damian Benegas/AFP)

Sejak Sir Edmund Hillary mencapai puncak Everest dengan ketinggian 8.848 meter – yang dikenal dengan nama Chomolungma di Tibet dan Sagarmatha di Nepal – pada 1953, ribuan orang penyuka tantangan pun tergoda menaklukannya.

Namun sayangnya, beberapa hal yang sudah sampai di atas, tidak pernah turun lagi. Dalam beberapa dekade terakhir, gunung tertinggi di dunia ini menjadi tempat pembuangan sampah para turis.

Mereka meninggalkan barang bawaannya di Everest -- termasuk tenda, peralatan mendaki yang rusak, serta tabung gas kosong. Lebih buruk lagi, banyak tinja manusia di sana.

Baca juga: Plastik dan Zat Kimia Berbahaya Ditemukan di Pedalaman Antartika

“Sangat menjijikan dan tidak enak dipandang. Gunung ini menampung berton-ton sampah,” kata Pemba Dorje Sherpa yang telah mencapai puncak Everest sebanyak 18 kali.

Baik Tibet maupun Nepal telah mengimplementasikan sistem yang mendorong para pendaki untuk membawa turun kembali sampahnya. Tibet memberikan sanksi 100 dollar AS untuk satu kilogram sampah yang mereka tinggalkan. Sementara, Nepal membebankan deposit 4 ribu dollar AS untuk setiap kelompok yang akan mendaki Everest. Uang ini akan dikembalikan jika setiap anggota membawa turun sampah minimal delapan kilogram.

Beberapa sampah yang ditinggalkan di Everest. (Damian Benegas/AFP )

Dengan cara itu, Nepal berhasil membuat pendaki ‘mengembalikan’ 25 ton sampah dan 15 ton kotoran. Namun, jumlah itu masih sedikit dibandingkan total sampah Everest.

Masalahnya adalah, para turis yang sudah membayar 100 ribu dollar AS untuk mendaki, tidak peduli lagi dengan deposit senilai 4 ribu dollar AS.

Baca juga: Seberapa Parahkah Kondisi Pencemaran Sampah Plastik di Laut Asia?

Menurut laporan di 2016, penduduk lokal Nepal (Sherpa) harus membersihkan 11.793 kilogram feses manusia di Everest, setiap tahunnya. Mereka seperti tinggal di tengah-tengah kotoran karena selama musim hujan, tinja dari gunung mengalir ke sungai.

Para insinyur pun telah mencari cara untuk mengubah kotoran menjadi bahan bakar terbarukan sementara kelompok lokal bekerja sama membersihkan Everest.

Namun, menjaga Everest bukan hanya tugas mereka. Para pendaki seharusnya bertanggung jawab atas diri sendiri serta sampah-sampah yang dibawa.