Everest adalah saksi hidup dari ketabahan dan keuletan manusia, juga keberanian dan tekad.
Gunung ini sekaligus merupakan sebuah panggung besar yang mempertontonkan segala ketamakan dan keserakahan manusia dalam menghadapi alam. Everest, berawal sebagai tempat suci kemudian dilecehkan oleh sekelompok orang berduit yang cukup tolol untuk mengerek mereka sampai ke puncaknya. Selama 150 tahun sejarah mencatat sejumlah peristiwa mengerikan yang terjadi di tempat para Dewa ini, inilah 10 catatan paling buruk dari tragedi pendakian Everest:
10. Longsor di North Col
Ekpedisi paling awal dari para Inggris terjadi pada tahun 1922. Pada 7 Juni, rombongan yang terdiri dari George Mallory, dua rekan senegaranya, dan 14 orang sherpa sedang berjuang menembus salju setinggi pinggang dewasa mereka, mendekati puncak Utara pada ketinggial 7.000 meter, mereka mendengar gemuruh kencang longsor dari atap Everest diikuti longsoran salju yang meluncur ke arah mereka. Longsor besar tersebut menyapu sembilan orang porter, membawa mereka ke dalam celah jurang yang dalam. Menakjubkan mereka berhasil menemukan 2 dari porter tersebut dalam keadaan hidup, untuk kemudian terpaksa meninggalkan jasad 7 lainnya di sana. Mallory menyalahkan dirinya untuk kecelakaan tersebut, kemudian Ia menulis kepada istrinya, Ruth, "Tidak pernah ada kewajiban yang saya ingin sekali lakukan demi sebuah penghormatan yaitu mengurus mereka para korban."
9. Kereta di Everest
Kejadian ini dapat diperdebatkan karena mungkin bukanlah tragedi yang masuk dalam kategori yang sama dengan lainnya. Orang Tibet, benar-benar khawatir terhadap rel kereta yang dibangun Tiongkok yang kala itu menyambungkan Beijing dan Lhasa, dan rencananya akan meluas hingga bisa menempuh Everest dengan menyambung transportasi mobil dalam jarak yang sangat dekat. Hal ini ditakuti hanyalah akan menambah masalah yang sudah ada di daerah tersebut.
Jalur kereta tersebut menyebabkan kontroversi tentang membanjirnya turis dan migrasinya suku Han Tiongkok ke dalam area Tibet. Pada 2007, turis yang menyambangi Everest sisi Utara mencapai 27.476 jiwa, dua kali lipat jumlah turis dari tahun sebelumnya. Pada 2010, Pemerintah Tiongkok memulai pembangunan sambungan rel pertama menuju kota terbesar kedua di Tibet, Shigatse, menuju ke Himalaya. Jumlah kenaikan turis Tiongkok di area ini menyebabkan lautan protes berdarah di Lhasa dan berujung terhadap penangkapan oleh pihak berwajib hingga ke Base Camp Everest.
Sementara, Tiongkok memuji daerah ini sebagai sebuah peluang ekonomi yang baik bagi mereka, para bhiksu-bhiksu Tibet di negara-negara tetangga India tersebut melanjutkan protes mereka terhadap tekanan-tekanan keagamaan, pelanggaran hak asasi manusia, dan tindakan pengasingan pemimpin mereka, Dalai Lama, dengan cara membakar diri di jalan. Peristiwa ini pantas ada di no. 9 dalam daftar tragedi terburuk Everest.
8. Kecelakaan di punggungan Barat
Pada 1974, sebuah ekspedisi ambisius yang dipimpin oleh seorang berkewarganegaraan Prancis Gerard Devouassoux, wakil walikota Chamonix, berencana untuk melakukan pendakian menempuh jalur punggungan Barat Everest. Catatan sejarah mencatat bahwa pendakian ke puncak melalui jalur ini pertama kali dilakukan oleh Willie Unsoeld dan Tom Hornbein pada musim pendakian tahun 1963. Namun tim ini melakukannya dengan banyak variasi jalur, artinya mereka tidak mendaki seluruh punggungan sisi Barat Everest. Devouassoux dan 19 anggota ekspedisinya berniat untuk melakukan pendakian dengan hanya menempuh jalur seluruh punggungan.
Mereka tiba pada akhir Agustus, sambil berharap untuk angin musim yang biasanya menimbun salju yang tidak stabil di daratan gunung untuk bergeser. Mereka tahu bahwa berharap pada cuaca adalah sebuah perjudian, tapi kekalahan bukanlah sesuatu yang mereka masukkan dalam daftar rencana ekspedisi. Sayangnya, angin musim kembali datang ketika para pendaki ekspedisi ini menyebar di tiga perkemahaan berbeda di atas Everest. Pada malam hari di 9 September, sebuah longsoran besar menyapu tenda-tenda mereka, mengubur Devouassoux dan 5 Sherpa-nya. Mereka tak pernah bisa ditemukan. Kejadian ini menjadi peristiwa terburuk di atas puncak Everest. Selama lima tahun ke depan, para pendaki menghindari jalur ini.
!break!7. Menghilangnya Boardman dan Tasker
Pada 1982, ketika duo Inggris Peter Boardman, seorang instruktur pendakian dan Joe Tasker bekas pelajar seminar, berencana untuk menaklukkan The Pinnacles, tebing-tebing menyeramkan seperti gigi hiu yang terletak di sisi Utara Everest di ketinggian hampir 7900m, mereka berdua merupakan dua di antara pendaki yang paling terkenal saat itu. Terkenal dengan strategi pendakian bergaya Alpin dengan kemampuan fisik dan mountaineering menakjubkan.
Selain terkenal karena prestasi dan kemampuan, mereka juga terkenal akan rasa humor yang tinggi dan dikenal membuat "hidup" suasana di Base Camp. Pada 17 Mei, pasangan ini meninggalkan perkemahan menuju Northeast Ridge, dan, setelah 14 jam mendaki di atas 8.000 meter tak pernah ada terdengar kabar dari mereka lagi. Tidak pernah jelas apa yang sebenarnya terjadi setelah itu. Pada tahun 1992, sebuah tim pendaki Kazaktan menemukan jasad Boardmans duduk dalam damai dekat salah satu dasar tebing. Joe Tasker tak pernah terlihat hingga kini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR