6. Tragedi Longsor Es
Tahun 1970 merupakan tahun yang sangat sibuk di Everest. Beberapa ekspedisi besar bermarkas di sisi Selatan, termasuk ekspedisi ski tim Jepang yang berisikan Yuichiro Miura.
Lebih dari 150 manusia mengantri melewati Khumbu Icefall, yang terkenal lautan es yang paling tidak stabil yang paling ditakuti oleh para pendaki di jalur Selatan. Pada tanggal 5 April, bongkahan besar es longsor dan menyapu para Sherpa dari ekspedisi ski tim Jepang. 6 dinyatakan hilang. Itu adalah kejadian terburuk yang menimpa para Sherpa sejak tim ekspedisi Inggris pada tahun 1922. Kejadian ini kembali membuka mata dunia tentang risiko tinggi para Sherpa yang bekerja di Everest.
5. Seorang Pemandu Gunung yang Sembrono
Pada bulan Mei 2004, seorang ahli Patologi dari Alexandria, Virginia, bernama Nils Antezana mencapai puncak Everest melalui rute Punggungan Selatan. Sebuah pendakian panjang dan sulit, ia memakai jasa seorang pemandu yang bernama Gustavo Lisi untuk membantu pendakiannya. Akan tetapi, dalam perjalanan turun Antezana mengalami gangguan orientasi, kemungkinan terserang penyakit ketinggian kemudian pingsan dekat area The Balcony, beberapa ratus meter dari perkemahan tertinggi. Setelah usaha untuk menyadarakannya gagal, Lisi dan kedua Sherpa meninggalkannya untuk kemudian menuju perkemahan. Lisi, yang kemudian menerangkan bahwa dia sudah "habis" tenaga tidak melaporkan tentang kondisi kliennya tersebut di Camp 4. Ketika keesokan harinya para pendaki menuruni punggungan gunung, mereka menemukan bahwa Antezana telah menghilang dari tempat terakhir dia ditinggal. Ini adalah kali pertama kasus kecelakaan yang melibatkan pendaki dan penunjuk jalan bayaran. Penyelidikan yang dilakukan keluarga atas kelalaian Lisi pun dilakukan, akan tetapi reputasinya sebagai penunjuk jalan di Everest sudah hancur, cerita ini mengangkat selubung kabut yang menutupi pendakian komersial saat itu hingga kini.
!break!4. Turun yang Mematikan
Pada 1998, seorang kelahiran Hawai Francys Arsentiev yang berusia 41 tahun menjadi wanita pertama Amerika yang mencapai puncak Everest tanpa bantuan oksigen. Ia menempuh jalur utara bersama suaminya, Sergei, akan tetapi pendakian ini mesti dibayar dengan sangat mahal.
Pada saat dalam perjalanan menuruni Everest, dalam kegelapan pasangan ini terpisah. Sergei tidak dapat menemui Francys pada perkemahan pertama, Ia mengira bahwa sang istri telah lebih dulu turun. Segera mengumpulkan oksigen dan alat medis, Sergei berencana naik kembali mencari Francys keesokan pagi. 48 jam berikutnya sangatlah mengerikan, bahkan untuk ukuran standar di Everest. Tim pendakian dari Uzbekistan menemukan Francys, terkena radang dingin dan setengah sadar, di sebelah Utara Everest, hampir selama satu jam mereka berusaha menyadarkan Francys namun gagal dan kemudian meninggalkannya di sana.
Insiden serupa terjadi ketika Cathy O\'Dowd dan Ian Woodall menemukan Francys dalam perjalanan mereka turun. Mereka menemukan Francys dalam keadaan hidup namun gagal menyadarkannya dengan segala daya upaya. Kampak es dan tali milik Sergei ditemukan di sekitar jasad Francys, Sergei jatuh menemui kematiannya dalam usaha menyelamatkan sang istri.
3. Seorang Pendaki yang Ditinggalkan hingga Kematiannya
Pada 2006, pendaki solo Inggris bernama David Sharp menjadi fokus dari salah satu kontroversi yang hebat dan panjang dalam sejarah Everest. Pada dini hari tanggal 14 Mei, Sharp ditemukan dalam keadaan hampir pingsan di sebuah ruang sempit di Timur Laut punggungan Everest. Sharp merupakan pendaki solo berbajet kecil dan pendaki tanpa sponsor, karena itu tak ada yang melaporkan kehilangannya dan butuh beberapa hari hingga orang-orang sadar siapa pendaki pingsan itu.
Kejadian lebih buruk terjadi minggu kemudian ketika seorang pendaki Australia bernama Lincoln Hall ditemukan dalam situasi yang kurang lebih sama. Apakah ada hal yang lebih bisa dilakukan demi menyelamatkan Sharp? Apakah ada sebuah kewajiban moral yang mengharuskan para pendaki untuk menolong seorang asing yang sekarat di puncak gunung sana? Pada akhirnya Sharp hanya menjadi pelaku utama dan simbol dalam cerita sebenarnya Everest.
2. Menghilangnya Mallory dan Irvine
Pada tahun 1924 ekspedisi Everest nampak begitu meyakinkan. Ini adalah perjalanan ke-3 Mallory dan ia percaya bahwa ia telah menguasai hampir semua rute Everest, puncak terlihat sudah dalam genggamannya. Mallory begitu yakin dan berniat bahwa ini akan menjadi perjalanan terakhirnya di Everest. Partner pendakiannya kala itu adalah Andrew "Sandy" Irvine, seorang pendaki yang sebenarnya masih minim pengalaman namun Mallory yakin karena menilai dari fisik dan kemampuan mekanik Irvine, ia adalah seorang ahli sistem oksigen. Keduanya terakhir terlihat pada 8 Juni, sekitar jam 1 siang, oleh Noell Odell, pendaki ekspedisi Mallory yang menempuh jalur lain pada perjalanan ini.
Jasad Mallory ditemukan pada tahun 1999, tak berdaya dan terjaga kondisinya tinggi di sisi Utara. Nampak patah tulang menjadi indikasi ia mengalami kejatuhan yang fatal. Irvine tak pernah ditemukan.
1. 1996
Angka statistik yang menunjukkan 8 kematian dalam satu badai termasuk seorang penunjuk jalan dan 2 pemimpin ekspedisi dan 12 total dalam musim pendakian 1996 menjadikan tahun ini sebagai tahun pendakian terburuk dalam sejarah Everest.
Legenda ini telah diceritakan dan diceritakan kembali oleh banyak orang dan dari perspektif yang berbeda. Banyak kesimpulan negatif yang ditarik dari cerita-cerita pendakian Everest musim itu terutama oleh Jon Krakauer, seorang jurnalis dalam penugasan oleh Outside yang juga menjadi salah seorang yang selamat dari tragedi musim itu. Kompetisi perusahaan-perusahaan komersial, populasi pendaki yang terlalu memenuhi Everest, menjadi akar permasalahan yang berujung korban jiwa di Puncak Tertinggi Dunia. Menjadi pengingat yang dramatis bagi siapa saja yang ingin mengasi rejeki di Everest. Banyak perbaikan yang telah dilakukan sejak tragedi ini, komunikasi menjadi lebih dapat diandalkan. dan kerja sama di antara pendaki dan perusahaan pendakian membaik, dan secara umum sarana dan infrastruktur sejak perkemahan awal hingga puncak Everest.
Tentunya, upaya ini tidak pasti bisa menghalangi bencana lain yang akan terjadi di masa depan, akan tetapi semua orang dan profesional yang memelihara Everest bekerja keras demi mencegah terjadinya hal yang lebih buruk.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR