Bekerja berjam-jam bisa memberikan kerugian pada kesehatan – mulai dari meningkatkan stres hingga memicu penyakit kronis.
Kini, studi terbaru menemukan fakta bahwa bekerja berlebihan dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Mahee Gilbert-Ouimet, ahli epidemiologi dan doktor di Institute for Work and Health, menganalisis data lebih dari tujuh ribu pekerja di Kanada yang sudah dipantau selama 12 tahun untuk menemukan kaitan antara jam kerja dengan risiko diabetes.
Baca juga: Studi Terbaru: Minum Kopi Bisa Membuat Anda Berumur Panjang
Dalam studi yang dipublikasikan pada BMJ Diabetes Research & Care, Mahee dan rekan penelitinya melaporkan, wanita yang bekerja lebih dari 45 jam per minggu memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi, yakni 51%.
Namun, hasil ini berbeda kepada pria. Sebaliknya, pria yang bekerja lebih lama justru risiko diabetesnya rendah.
“Saya terkejut saat mengetahui efek kerja lembur pada pria,” kata Mahee.
“Sementara itu, pada wanita, kita tahu bahwa mereka juga melakukan berbagai macam pekerjaan rumah, ada tanggung jawab lain di luar tempat kerja. Oleh sebab itu, kami menyimpulkan bahwa bekerja lebih lama akan memengaruhi kesehatan mereka,” tambahnya.
Peneliti menemukan fakta bahwa efek jam kerja panjang, lebih kuat kepada wanita yang tinggal dengan anak-anak berusia di bawah 12 tahun.
Alasan lain mengapa hasilnya dipengaruhi perbedaan gender mungkin terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan laki-laki. Pada penelitian ini, sepertiga partisipan pria yang bekerja berjam-jam, mengatakan bahwa pekerjaan mereka mengombinasikan aktivitas duduk, berdiri, dan berjalan. Tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi tersebut dapat menjelaskan mengapa risiko mereka terkena diabetes lebih rendah.
Hasil studi terbaru ini menambah pemahaman bagaimana jam kerja panjang memengaruhi kesehatan, terutama diabetes. Namun, sebenarnya, fakta bahwa bekerja berlebihan berkaitan dengan diabetes, tidak terlalu mengejutkan.
Orang-orang yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu akan mengalami tingkat stres yang tinggi. Ini dapat memengaruhi hormon-hormon dalam tubuh seperti kortisol. Perubahan kortisol memberi dampak pada insulin dan kemampuannya untuk memecah gula.