Mengapa Orang Zaman Dahulu Tidak Mau Tersenyum Ketika Difoto?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 10 Juli 2018 | 15:57 WIB
Difoto namun tidak tersenyum ()

Pada era Victoria yaitu tahun 1837 hingga 1901, aturan etiket dan kecantikan berbeda dengan hari ini. Pada masa itu, mulut mungil yang terkatup rapat adalah hal yang dianggap pantas.

Senyuman hanya ditemui pada anak-anak, orang miskin yang tidak berpendidikan, dan para pemabuk.

Baca juga: Peter Kürten, Pembunuh Berantai yang Meminum Darah Korban-korbannya

Hilangnya senyum dari muka orang zaman dahulu juga diakibatkan oleh efek lamanya waktu yang diperlukan oleh kamera kuno untuk menangkap imaji.

Pada tahun 1837, Louis Jacques Mande Daguerre yang berkebangsaan Prancis menemukan teknik fotografi yang ia namakan Daguerreotype.

Dua tahun kemudian, ia memperkenalkan format fotografi baru yang memungkinkan pengambilan gambar berlangsung sekitar 60 hingga 90 detik.

Walaupun tergolong cepat, namun 60 hingga 90 detik adalah waktu yang cukup lama untuk menahan gerak tubuh dalam sebuah pose. Tidak hanya berpose, namun juga tersenyum.

Karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, bisa jadi seseorang hanya berkesempatan untuk berfoto sekali seumur hidup.

Baca juga: Setelah Pencarian Selama 10 Tahun, Buaya Raksasa Akhirnya Ditangkap

Pemotetran dilakukan di dalam studio, mengeliminasi kemungkinan difotonya orang-orang tak mampu. Namun pada 1843, industri potret daguerreotype telah berevolusi dengan cepat. Walau masih mahal, orang mengantre untuk menjadi abadi dalam foto potret.

Hal lain yang menjadi alasan tidak terlihatnya gigi dalam foto pada era Victoria adalah masalah kesehatan. Pada masa itu, gigi yang rusak hanya bisa dicabut.

Tidak ada gigi patah yang bisa diperbaiki. Jadi mulut yang tertutup bisa jadi dinilai lebih menarik dibandingkan memperlihatkan gigi yang rusak.