Dikejar Waktu, Spesies di Muka Bumi Segera Menjumpai Kepunahan

By Mar'atus Syarifah, Jumat, 27 Juli 2018 | 18:49 WIB
Hutan kawasan Sulawesi yang menyimpan keanekaragaman hayati tinggi. (Bayu Dwi Mardana)

Peneliti memprediksi keruntuhan biodiversitas akan segera terjadi secara global. Jika tidak segera diatasi, maka dunia harus bersiap kehilangan banyak spesies, terutama wilayah tropis.

Dimuat dalam Jurnal Nature, peneliti dari Lancaster University menegaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh ulah manusia. Penangkapan hewan besar-besaran, penebangan hutan, pencemaran, hingga perubahan iklim membawa ancaman besar bagi kelangsungan hidup banyak spesies. peneliti menyebutkan bahwa spesies di muka bumi sedang kehabisan waktu.

Para peneliti menitikberatkan permasalahan ini pada daerah tropis. Mereka mengemukakan bahwa daerah tropis menjadi 40% besaran planet ini. Daerah tropis juga menjadi rumah bagi tiga perempat dari seluruh spesies yang ada. Bahkan, daerah tropis menjadi tempat tinggal semua jenis karang dan 90% spesies burung.

Perdagangan satwa liar menjadi faktor yang paling bertanggung jawab atas penurunan jumlah spesies. Setiap tahunnya jutaan hewan diperdagangkan. Sialnya, yang diperdagangkan adalah hewan-hewan yang berada di garis kepunahan.

Baca Juga: Misteri Dua Mumi Suku Inca Dalam Balutan Gaun Beracun

“Hutan yang biasanya terdengar nyanyian burung, saat ini semakin sepi karena maraknya penangkapan liar,” ungkap Dr. Alexander Leez, dari Manchester Metropolitan University.

Profesor Jos Barlow dari Lancaster University sangat menyayangkan nasib terumbu karang dan hutan hujan tropis karena adanya perubahan lingkungan.

Meskipun hanya 0,1% dari permukaan laut, namun terumbu karang nyatanya dapat menyediakan sumber daya ikan dan menjadi pelindung pantai. Sedangkan hutan tropis dan savana menyimpan 40% dari karbon dan mendukung curah hujan di beberapa wilayah pertanian. Hal ini sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia.

"Nasib daerah tropis sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di tempat lain. Perubahan iklim yang terjadi di daerah kutub juga memiliki konsekuensi yang mampu menghancurkan seluruh daerah tropis. Jika tidak ada tindakan sesegera mungkin, maka hal ini akan merusak konservasi lokal,” ungkap Profesor Barlow.

Baca Juga: Berkecepatan Tinggi, Inilah Calon Masa Depan Dunia Transportasi

Dr. Christina Hicks menegaskan bahwa untuk mengatasi perubahan lingkungan, strategi konservasi harus ditegakkan. Sedangkan Toby Gardner dari Stockholm Environment Institute menyoroti pentingnya inovasi.

"Diperlukan inovasi dan wawasan mengenai ilmu pengetahuan, tata kelola dan pengelolaan ekosistem tropis dari penginderaan jauh dan hukum baru untuk bisnis,” ungkap Toby Gardner.

Profesor Barlow menambahkan, lima puluh tahun yang lalu para ahli biologi berharap menjadi yang pertama menemukan spesies, sekarang mereka berharap tidak menjadi yang terakhir.