Identitas Korban Serangan 9/11 Berhasil Terungkap Setelah 17 Tahun

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 31 Juli 2018 | 11:34 WIB
Peristiwa serangan 9/11 yang menewaskan ribuan orang. (The Telegraph)

Nationalgeographic.co.id - Ketika dua pesawat menabrak dan menghancurkan menara kembar di Amerika Serikat pada 11 September 2001, sebanyak 2.753 orang tewas.

Suhu panas dari api yang berkobar serta runtuhan bangunan membuat beberapa mayat korban sulit untuk diidentifikasi. Hingga bulan lalu, hanya 1.641 korban yang berhasil dikenali.

Namun, pada Rabu (25/7), jasad ke 1.642 berhasil diidentifikasi berkat kemajuan teknologi DNA dan upaya para petugas medis di New York. Diketahui tulang tersebut adalah milik Scott Michael Johnson.

Baca juga: Kerangka ‘Romeo dan Juliet’ Berusia 5000 Tahun Dikubur Berdampingan

Scott masih berusia 26 tahun ketika serangan terjadi. Ia sedang bekerja di perusahaan perbankan dan investasi, Keefe, Bruyette & Woods di lantai 89 sebagai analis sekuritas.

Ilmuwan forensik menemukan bahwa DNA yang diekstrak dari tulang yang ditemukan di titik nol cocok dengan sampel di sikat gigi Scott.

Menurut New York Times, ia adalah korban tragedi 9/11 pertama yang berhasil diidentifikasi sejak Agustus 2017.

Pasca tragedi mengerikan pada 11 September 2001 lalu, petugas medis telah melakukan berbagai usaha untuk mengungkap identitas 22 ribu jasad yang ditemukan di lokasi. Prosesnya tak mudah. Untuk mengidentifikasi tulang Scott ini pun, mereka harus melakukan pengujian selama tujuh kali.

Baca juga: Misteri Dua Mumi Suku Inca Dalam Balutan Gaun Beracun

Proses identifikasi melibatkan pengambilan sampel dari tulang dan menggilingnya menjadi bubuk untuk melepaskan DNA. Analis forensik kemudian mengekspos bubuk itu ke enzim yang mampu mereplikasi dan menambah jumlah DNA dari yang sudah ada. Dengan begitu, ukuran sampel jadi meningkat dan dapat digunakan untuk teknik pengurutan.

Namun, kali ini, mereka menggunakan teknik baru. Yakni dengan “bantalan bola ultrasonik” yang menghancurkan tulang lebih cepat dan menghasilkan bubuk yang lebih halus. Ini membuat hasilnya lebih akurat.

Tom Johnson, ayah Scott, mengatakan: “Saya sangat bersyukur karena para ahli telah bekerja dengan sangat keras. Meski begitu, berita baik ini juga menjadi pengingat akan rasa sakit yang saya dan keluarga alami selama 17 tahun…..”