Nationalgeographic.co.id - Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF), lebih dari 100 penjaga hutan di Asia dan Afrika Tengah meninggal dalam pekerjaannya pada tahun lalu. Hampir setengah dari mereka dibunuh oleh pemburu liar.
Pemburu ilegal memang gencar menangkap satwa liar yang terancam punah untuk menjual bagian tubuh mereka ke Asia Timur. Termasuk tanduk badak dan kulit harimau. Selain itu, pemburu juga menjual daging gorila, monyet, singa, dan trenggiling sebagai bahan makanan.
Satu dari tujuh jagawana di Asia dan Afrika Tengah – yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati – mengalami luka parah akibat kecelakaan dan bentrokan dengan pemburu liar.
Baca juga: Pengunjung Jatim Park 2 Semburkan Uap Vape Terhadap Primata Afrika
“Empat puluh delapan dari 107 penjaga hutan dibunuh di tempat kerja mereka tahun ini. Sisanya meninggal karena kecelakaan,” kata Sean Willmore, presiden International Ranger Federation (IRF).
“Kami harus memberikan pelatihan dan melengkapi para penjaga hutan ini dengan peralatan yang lebih baik sehingga mereka memiliki kesempatan untuk kembali ke keluarganya dengan selamat setelah patroli di hutan,” tambahnya.
WWF akan mempublikasikan laporan lengkapnya pada akhir tahun ini. Mereka juga sedang melakukan survei serupa di Afrika Timur.
Menurut Rohit Singh, presiden Ranger Federation of Asia, jagawana merupakan garis terdepan dalam melindungi satwa liar. Namun, mereka belum mendapatkan keadilan hingga saat ini.
“Padahal mereka berisiko kehilangan nyawanya, tapi gaji, asuransi, serta pelatihan yang diberikan tidak cukup,” kata Singh.
Di Asia, para rangers mendapatkan upah 292 dollar AS (sekitar Rp4,2 juta) per bulannya. Dan di Afrika Tengah, gaji bulanannya hanya 150 dollar AS (Rp2,1 juta).
Baca juga: Hiu Tanduk Dicuri dari Akuarium dan Disamarkan Menjadi Seorang Bayi
Pada tahun ini, Rachel Katumwa, menjadi jagawana wanita pertama yang dibunuh ketika melaksanakan tugasnya di Taman Nasional Virunga di Kongo.
Sebulan sebelumnya, orang-orang yang dicurigai sebagai anggota kelompok milisi bersenjata yang terlibat dalam perburuan liar, menembak mati lima penjaga hutan beserta sopir mereka.
WWF telah meminta pemerintah untuk segera meninjau dan memperbaiki hal-hal yang bisa membahayakan para pahlawan satwa liar tersebut.