Bahaya Lain dari Plastik: Proses Penguraiannya Ciptakan Gas Rumah Kaca

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 2 Agustus 2018 | 16:13 WIB
Kantung plastik yang sering digunakan untuk berbelanja merupakan penghasil emisi paling produktif. (LightFieldStudios)

Nationalgeographic.co.id - Butuh alasan lain untuk mengurangi sampah plastik yang semakin menumpuk di Bumi?

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal PLOS ONE menemukan fakta bahwa proses penguraian plastik dapat melepaskan gas rumah kaca yang kuat seperti metana dan etilen. Keduanya mampu menjebak panas di atmosfer dan semakin memperparah pemanasan global.

Botol plastik, kantung belanja, plastik industri, dan wadah makanan, merupakan beberapa yang diuji dalam studi ini.

Diketahui bahwa penghasil emisi paling produktif adalah polietilena yang ada dalam kantung plastik -- polimer sintetis yang banyak diproduksi dan dibuang di dunia.

Baca juga: Emisi Karbon Membuat Iklim Bumi Kembali Seperti 50 Juta Tahun Lalu

Meski para peneliti belum menghitung seberapa banyak jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan plastik di lingkungan kita, namun penting untuk mencari tahu secepatnya.

Apalagi, jumlah limbah plastik di Bumi saat ini mencapai delapan juta ton (dan kemungkinan meningkat dua kali lipat dalam beberapa dekade).

“Plastik relevan dengan jejak gas. Dan kemungkinan itu akan meningkat seiring bertambahnya konsumsi plastik di lingkungan,” kata David Karl, profesor dari  University of Hawaii at Manoa School of Ocean and Earth Science and Technology yang terlibat dalam penelitian.

Baca juga: Plastik dari Limbah Organik, Jawaban Permasalahan Sampah Dunia

Plastik sendiri diketahui dapat melepaskan bahan kimia berbahaya ke dalam air dan tanah.

Sementara itu, jumlah gas rumah kaca telah meningkat hingga ke titik tertingginya. Membuat Bumi memanas dan naiknya permukaan air laut yang mengancam kota-kota pesisir di seluruh dunia.

“Dengan adaya penelitian ini, kita semakin memiliki alasan untuk menghentikan produksi plastik. Juga mengurangi konsumsi plasti sekali pakai setiap harinya,” pungkas Sarah-Jeanne Royer, pemimpin penelitian.