Astronaut Wanita dan Solusi Permasalahan Menstruasi di Luar Angkasa

By Gregorius Bhisma Adinaya, Jumat, 3 Agustus 2018 | 15:03 WIB
Astronaut wanita memiliki kendala tersendiri. (KrisCole/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - "Satu langkah kecil bagi manusia, sebuah lompatan besar bagi umat manusia"

Kalimat di atas mungkin layak disebut sebagai kalimat paling bersejarah bagi umat manusia. Terutama bila dikaitkan dengan usaha manusia dalam mengeksplorasi luar angkasa.

Kalimat yang diucapkan oleh Neil Armstrong saat melangkahkan kakinya di Bulan ini adalah wujud nyata dari mimpi John F. Kennedy. "Sebelum akhir dekade (abad 20) ini, kita akan mengirimkan manusia ke Bulan, mendaratkan ke Bulan dan kembali ke Bumi dengan selamat".

Baca juga: Video: Ketika Meteorit Menabrak dan Terjatuh di Bulan

Beberapa misi di luar angkasa pun kemudian berkembang. Tidak hanya mendaratkan pesawat di Bulan, namun juga membangung stasiun luar angkasa yang dapat dijadikan sebagai tempat transit profesi yang didominasi oleh kaum pria ini.

Walau tugas dan tanggung jawab profesi ini identik dengan pria, namun pada faktanya, banyak juga wanita yang berprofesi sebagai astronaut. Salah satunya adalah Sally Ride, astronaut wanita Amerika pertama yang pergi ke luar angkasa pada tahun 1983.

Berbagai rintangan dan halangan khas wanita pun turut serta dalam berbagai misi luar angkasa, termasuk siklus bulanan atau menstruasi.

Dalam misi pertamanya, Ride membawa 100 buah pembalut sebagai persediaan. Langkah ini tetap dilakukan walau sebelumnya staf medis NASA menjadi sangsi atas dugaan pengaruh mikro gravitasi terhadap aliran darah. Mereka berusaha mencari tahu apakah hal tersebut akan membuat darah berbalik kembali ke rahim ataukah akan mengalir seperti biasa.

Setelah sampai di sana, pertanyaan ini kemudian terjawab. Menstruasi terjadi tidak jauh berbeda dengan menstruasi yang terjadi di Bumi—dengan waktu misi pendek.

Hal ini kemudian berdampak pada sistem pembuangan stasiun luar angkasa. Pasalnya, sistem pembuangan limbah stasiun luar angkasa tidak dirancang untuk dapat mengelola darah menstruasi. Sistem ini terhubung dengan sistem reklamasi air yang mendaur ulang air kencing menjadi air minum.

Baca juga: Padang Rumput Pulau Komodo Terbakar, Rokok Diduga Sebagai Penyebabnya

Selain sistem pembuangan, higienitas juga menjadi satu permasalahan sendiri. Dengan terbatasnya pasokan air di stasiun luar angkasa, kebersihan pribadi tentu menjadi taruhannya. Proses pembilasan organ intim wanita pun kemudian terancam masalah kesehatan.