Terlalu Lama Terpapar Polusi Udara Memicu Terjadinya Gagal Jantung

By Mar'atus Syarifah, Senin, 6 Agustus 2018 | 14:46 WIB
Polusi terlihat dari Coal Hill, Beijing Tengah, Cina. (Sean Gallagher/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa polusi udara berkaitan dengan perubahan struktur jantung. Perubahan ini bukanlah hal yang menyenangkan, karena terkait dengan gagal jantung.

Penelitian yang dilakukan oleh Queen Mary University of London ini menjelaskan bagaimana polusi udara mampu meningkatkan jumlah kematian. Sebagai contoh, tahun lalu dilaporkan bahwa orang Inggris 64 kali lebih berisiko meninggal karena polusi udara daripada orang-orang yang tinggal di Swedia. Laporan tersebut dikaitkan dengan sejumlah penyebab termasuk masalah pernapasan, stroke dan penyakit arteri koroner.

"Kita belum mengetahui mekanisme di baliknya, bagaimana polusi udara dapat menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke," ucap Dr. Nay Aung, seorang ahli jantung di Queen Mary University of London.

Baca Juga: Astronaut Wanita dan Solusi Permasalahan Menstruasi di Luar Angkasa

Aung melaporkan bahwa tim peneliti menemukan pengaruh paparan nitrogen dioksida dan partikel halus, yang dikenal sebagai partikel PM2.5 dan PM10 pada peningkatan ukuran dua bilik jantung, kiri dan ventrikel kanan.

Partikel PM umumnya dipancarkan oleh kendaraan bermotor. Paparan nitrogen dioksida dan partikel halus dikatakan oleh peneliti dapat memengaruhi kinerja jantung dan sering terlihat sebelum gagal jantung terjadi.

Penelitian melibatkan 4.000 relawan yang dikenal sebagai UK Biobank. Relawan tersebut berusia 40 hingga 69 tahun dan dinyatakan bebas dari penyakit kardiovaskular sejak awal. 

Studi ini juga melibatkan perkiraan konsentrasi polutan di setiap rumah relawan selama lima tahun. Peneliti juga mengontrol faktor-faktor, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan dan riwayat merokok. Sehingga ditemukan bahwa paparan yang lebih tinggi terhadap partikel PM2.5, partikel PM10 dan nitrogen dioksida berkaitan dengan volume yang lebih besar dari kedua ventrikel kanan dan kiri setelah terisi dengan darah.

"Besaran dampak ini sebanding dengan faktor risiko jantung terkenal lainnya seperti hipertensi. Meskipun peningkatan ukuran ruang jantung tergolong kecil, namun hal tersebut tetap menjadi peringatan dini tentang risiko gagal jantung karena polusi tinggi," papar Aung.

Baca Juga: Padang Rumput Pulau Komodo Terbakar, Rokok Diduga Sebagai Penyebabnya

Lebih lanjut Aung juga mengatakan bahwa jantung yang membesar merupakan tanda bahwa jantung tersebut sedang tertekan. Jika jantung tidak segera kembali ke ukuran normalnya, maka dalam jangka panjang jantung tersebut bisa mengalami kegagalan.

Kevin McConway, profesor statistik terapan, menyambut baik penelitian tersebut. McConway berpikir penelitian tersebut cukup membuktikan bagaimana polutan udara sangat memengaruhi perubahan pada jantung. Namun, ia menambahkan, bahwa penelitian tersebut hanya menunjukkan hubungan antara polusi dengan jantung saja. Penelitian tersebut dirasa belum mampu menunjukkan bahwa polusi udara benar-benar menjadi penyebab kegagalan jantung. 

Katie Nield dari ClientEarth mengaku khawatir mengetahui hasil penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan penelitian tersebut menunjukkan efek kesehatan yang serius. Aturan resmi mengenai udara bersih dirasa perlu diperbarui agar standar kualitas udara dapat melindungi orang-orang dari masalah kesehatan karena polusi udara.