Tanpa Konflik, Warga Slovenia Bisa Hidup Berdampingan dengan Beruang

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 7 Agustus 2018 | 15:15 WIB
Jumlah beruang cokelat di Slovenia meningkat dua kali lipat. (Jure Makovec/AFP)

Nationalgeographic.co.id - Ketika masih memiliki hobi berburu, Miha Mlakar, memiliki impian untuk membunuh beruang. Namun akhirnya, pria Slovenia berusia 33 tahun ini, justru hidup berdampingan dengan mereka di hutan.

Saat ini, Mlakar ingin mengamati dan membidik beruang dengan kamera, bukan senapan. Ia menjalankan tur observasi beruang dengan harapan bisa mempromosikan gagasan bahwa manusia dan hewan tersebut bisa hidup berdampingan dengan damai.

Di dekat desa Markovec, Mlakar membangun 20 tempat persembunyian di dalam hutan yang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan off-road. Di sana, Mlakar akan menemani para turis untuk mengamati  beruang.

Baca juga: Pembangunan Rest Area di Taman Nasional Komodo Menuai Protes

Meski hampir mengalami kepunahan, namun populasi beruang cokelat di Slovenia kini mengalami peningkatan. Berkat hutan yang semakin luas, jumlahnya hampir mencapai seribu di negara tersebut – dua kali lipat dari dekade sebelumnya.

 “Saya tidak bisa membayangkan hutan ini tanpa beruang. Hewan besar tersebut membuat hutan menjadi lebih liar, murni, dan alami, seperti ratusan tahun lalu. Saya merasakan koneksi yang kuat dengan para beruang,” paparnya.

Mlakar membangun 20 tempat persembunyian untuk mengamati beruang di hutan. (Jure Makovec/AFP)

Menangani beruang

Dalam sebuah survei 2016, sebanyak 60% responden yang tinggal di sekitar beruang, mengatakan bahwa mereka mendukung keberadaan hewan tersebut di sana.

Rok Cerne, petugas alam liar dari Slovenia Forest Service, mengatakan, rata-rata hanya ada satu hingga tiga kasus kontak fisik antara beruang dan manusia, per tahunnya.

“Beruntung, kami belum pernah menemukan insiden serius dalam beberapa tahun ini,” ujarnya.

Menurut Cerne, ia dan timnya sangat aktif dalam melakukan pencegahan konflik manusia-beruang. Salah satu caranya adalah dengan memerintahkan warga untuk membersihkan sisa makanan yang bisa menarik perhatian beruang.

Selain itu, di desa yang dekat dengan habitat beruang, pemerintah lokal telah mengganti tempat sampah plastik (yang mudah dibuka oleh hewan) dengan wadah yang dilindungi logam berat.

Baca juga: Dampak Mengerikan dari Konflik Gajah-Manusia yang Terjadi di India

Kerugian ternak akibat serangan beruang juga stabil, hanya sekitar 200 ribu euro per tahunnya. Jumlah ini cukup kecil jika dibandingkan dengan populasi beruang yang semakin meningkat.

Petani yang kehilangan ternaknya juga akan mendapat subsidi dari pemerintah.

Jika beruang menjadi pengunjung rutin desa, kelompok intervensi khusus akan merelokasi hewan tersebut dengan bantuan penduduk lokal. Namun, apabila beruang masih sulit ditangani, ia terpaksa harus dibunuh.