Tradisi Para Biksu di Pegunungan Himalaya Saat Menyambut Musim Dingin

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 8 Agustus 2018 | 16:50 WIB
Para biksu Buddha di pegunungan Himalaya dengan jubah kuning kunyitnya. (Xavier Galiana/AFP)

Nationalgeographic.co.id - Sekitar 5.500 di atas permukaan laut di pegunungan Himalaya, berdiri kuil Buddha Tnagyud Gompa. Saat musim dingin datang, salju yang turun bisa membuat para biksu terisolasi selama tujuh bulan.

Saat ini, para biksu dan penduduk desa Komik, yang disebut-sebut sebagai tempat tertinggi di Asia, sedang bersiap-siap menyambut musim dingin. Mereka menyimpan makanan dan bahan bakar, mengeringkan sayur, dan berdoa.

Baca juga: Timbuktu, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam di Afrika Barat

“Ini adalah bulan-bulan tersibuk di mana para biksu banyak berdoa, melakukan tugas harian, mempelajari teks-teks suci dan mempersiapkan berbagai hal untuk menyambut musim dingin,” papar Perma Sandrup, sekretaris kuil.

Kuil Tnagyud Gompa biasanya ditempati sekitar 20 biksu berkepala botak yang mengenakan jubah berwarna kuning kunyit. Namun, ketika salju datang, hanya belasan orang yang masih tinggal di sana.

Biksu dan penduduk lokal bersiap-siap menyambut musim dingin. (Xavier Galiana/AFP)

Perubahan iklim

Kehidupan di kuil yang sudah berusia lebih dari 500 tahun ini, amat berbeda dari sebelumnya. Terutama karena pengaruh perubahan iklim.

Hujan salju tidak lagi dapat diprediksi dalam beberapa tahun terakhir. Setiap perubahan dalam curah hujan salju memengaruhi ekosistem yang rapuh serta ketersediaan air di musim panas nantinya.

Baca juga: Tionghoa Peranakan dalam Bingkai Kebinekaan Indonesia

“Tahun lalu, kami mengalami hujan salju yang sangat sedikit. Ini memengaruhi sebagian besar petani di daerah terpencil yang menanam kacang polong dan kentang,” kata Sandrup.

Selain menginginkan jumlah wisatawan yang lebih banyak serta infrastruktur yang memadai baik – terutama untuk fasilitas kesehatan – penduduk lokal juga berharap pemerintah dapat membuat kemajuan dalam memerangi perubahan iklim.

Perubahan iklim membuat curah hujan salju di Himalaya tidak dapat lagi diprediksi. (Xavier Galiana/AFP)