Nationalgeographic.co.id - Kehilangan pasangan bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Perpisahan akan meninggalkan rongga dalam hidup kita, lingkaran sosial akan semakin berkurang, kegiatan akan berubah, beberapa hal yang biasa dilakukan tidak lagi dilakukan.
Bahkan, patah hati dapat menyebabkan insomnia, perubahan nafsu makan, depresi, kecemasan, dan bahkan memicu perilaku bunuh diri. Sehingga penting untuk diketahui cara agar patah hati dapat disembuhkan.
Baca Juga: Tidak Terprediksi, Namun Jakarta Perlu Waspada Gempa Sunda Megathrust
Menanggapi dampak buruk tersebut, peneliti mencari cara untuk membantu mengobati patah hati. Penelitian yang dimuat dalam Journal of Experimental Psychology menguji strategi kognitif dan perilaku untuk pulih dari patah hati. Dasar pemikiran penelitian ini adalah agar pulih dari patah hati, maka perasaan cinta harus dikurangi.
Sementara itu, peneliti melihat bahwa orang yang patah hati justru melakukan yang sebaliknya.
Peneliti memberlakukan pikiran dan perilaku yang benar-benar memperkuat perasaan cinta. Misalnya, menguntit mantan di media sosial, menghidupkan kembali momen terbaik, membuka kembali gambar atau video lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tiga jenis strategi pengaturan emosi. Dengan dilakukannya penelitian tersebut, maka akan diketahui pendekatan apa yang paling membantu dalam mengurangi perasaan cinta mereka.
Kondisi pertama, subjek penelitian berfokus pada penilaian ulang negatif dari mantan pasangan mereka. Subjek menjelaskan tentang kebiasaan buruk dan menyebalkan dari mantan. Kondisi kedua, subjek diminta untuk menyusun ulang perasaan cinta mereka sebagai hal yang tidak terlalu bermasalah. Kondisi terakhir menggunakan distraksi untuk menjauhkan pikiran subjek dari patah hati mereka. Subjek diberi pertanyaan seputar diri subjek sebagai bentuk pengalihan.
Baca Juga: Alkitab Abad Pertengahan Kembali ke Katedral Setelah 500 Tahun Hilang
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa hanya penilaian negatif pada mantan yang menjadi cara efektif dalam mengurangi perasaan cinta. Namun, penilaian negatif juga meningkatkan perasaan tidak nyaman pada subjek. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa ketidaknyamanan untuk menilai buruk seseorang menjadi hambatan seseorang untuk pulih dari patah hati.
Guy Winch, seorang psikolog, menemukan bahwa ada dua hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan perasaan tidak nyaman tersebut. Pertama, kita perlu membingkai perasaan secara berbeda. Ketika kita sedang sedih, kita akan teringat dengan kenangan-kenangan indah. Pikiran kita menciptakan persepsi yang tidak seimbang dan tidak akurat yang sangat condong ke arah positif. Jika tidak dibingkai atau dibatasi, maka penilaian negatif tidak akan dapat bekerja.
Kedua, penilaian negatif seharusnya tidak hanya mencakup persepsi dan ingatan kita tentang mantan kita tetapi juga tentang hubungan yang pernah dijalani. Orang yang patah hati perlu untuk mengatasi persepsi yang ideal tentang hubungan dengan membuat penilaian kembali yang negatif dari mantan.
Dari penelitian tersebut, maka dapat diketahui, jika Anda sedang mencoba mengobati patah hati, buat daftar kesalahan orang tersebut serta kekurangan hubungan yang sebenarnya dan simpan daftar tersebut.
Baca Juga: Apakah Gempa Lombok Memengaruhi Aktivitas Gunung Api di Sekitarnya?
Lebih lanjut, peneliti menyarankan setiap kali Anda menemukan diri Anda kesulitan dalam menghadapi patah hati, maka lihat kembali daftar yang Anda buat dan bacalah untuk menyeimbangkan persepsi Anda. Anda harus mengingat bahwa mantan dan hubungan Anda sebelumnya tidaklah sempurna.
Untuk melakukannya, peneliti menegaskan adanya penegasan kontrol yang mampu mencegah diri agar tidak membuat kesalahan yang akan membuat kita kembali patah hati. Meskipun dengan cara yang kurang nyaman, cara tersebut diyakini mampu mengurangi rasa sakit emosional dan mempercepat pemulihan.