Nationalgeographic.co.id - Para pengamat langit sebaiknya menyiapkan kopi sebagai teman dan penahan kantuk saat akhir pekan ini. Bukan tanpa alasan, puncak hujan meteor Perseid akan terjadi pada Minggu (12/8/2018) pagi, pukul 03.00 WIB hingga Senin (13/8/2018) sore, pukul 15.00 WIB.
Meteor ini sebenarnya berasal dari pecahan komet Swift-Tuttle yang rutin melintasi Bumi setiap 133 tahun sekali dalam perjalanannya mengelilingi Matahari. Komet Swift-Tuttle terbakar dan terus terbakar, sehingga terpecah dan membentuk hujan meteor dalam kecepatan 37 mil per detik, atay 59 kilometer per detik.
Baca juga: Orang Baik Rentan Depresi, Bagaimana Hal Ini Dapat Terjadi?
Hujan meteor Perseid sebenarnya sudah terjadi sejak 17 Juli 2018, namun tidak banyak yang menyadarinya. Mungkin karena intensitas hujan meteor ini belum meningkat. Sementara besok Minggu, situasi akan cukup berbeda.
Rasi Perseus baru akan terbit selepas tengah malam, yakni pukul 01.00 WIB, sementara Bulan sedang dalam fase bulan baru, dan sudah terbenam sejak Matahari terbenam. Langit akan kehilangan banyak cahaya saat ini.
Kondisi gelap ini tentu menjadi kondisi yang ideal bagi para pemburu hujan meteor Perseid mulai dari tengah malam hingga Matahari terbit.
Walaupun puncak hujan meteor yang terbit di arah timur laut ini baru mencapai puncaknya pada tanggal 12-13 Agustus 2018, namun para pemburu hujan meteor sudah dapat menikmati suguhan langit ini secara intens sejak 2-3 hari sebelum dan sesudahnya.
Baca juga: Gigi Langka dari Hiu Raksasa Purba Ditemukan di Pantai Australia
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Space pada Jumat (10/8/2018), sebanyak 60-70 meteor akan melintas dalam setip jamnya. Sementara itu, NASA mengatakan bahwa waktu terbaik untuk menikmati fenomena alam ini adalah pada pukul 02.00.