Ini Wilayah Otak yang Berkaitan dengan Sifat Pesimis Menurut Peneliti

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 13 Agustus 2018 | 15:08 WIB
Ilustrasi. (DmitriMaruta/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Menurut hasil penelitian, wilayah spesifik dari otak yang disebut nukleus kaudatus, dapat mengendalikan respons pesimistis seseorang. Penemuan ini mungkin membantu kita menemukan perawatan yang lebih baik bagi masalah mental seperti kecemasan dan depresi.

Gangguan mental biasanya dipicu oleh mood negatif seperti reaksi pesimis. Oleh sebab itu, jika para ilmuwan menemukan cara untuk mengontrolnya, maka kita memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengatasi masalah neuropsikiatri yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

Tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan fakta bahwa ketika nukleus kaudatus pada kera dirangsang secara artifisial, hewan ini cenderung membuat keputusan negatif. Lebih mempertimbangkan potensi kerugian dibanding manfaatnya.

Baca juga: Musik Memiliki Hubungan yang Erat dengan Tingkat Empati Seseorang

Menurut peneliti, pengambilan keputusan yang pesimis ini terus berlanjut beberapa hari setelah rangsangan diberikan.

“Kami rasa telah menemukan penyebab kecemasan, depresi, atau gabungan keduanya,” ujar Ann Graybiel, pemimpin studi.

“Seperti yang kita tahu, gangguan psikis ini masih sulit disembuhkan hingga sekarang,” imbuhnya.

Nukleus kaudatus sebelumnya telah dikaitkan dengan pengambilan keputusan emosional. Para ilmuwan kemudian melakukan penelitian pada kera dengan menstimulasi arus listrik kecil sambil menawarkan hadiah (berupa jus) dan pengalaman tidak menyenangkan (mengembuskan napas ke wajah kera) di saat yang bersamaan.

Ketika nukleus kaudatus mereka dirangsang, pengambilan keputusan menjadi tidak simetris. Kera-kera itu mulai menolak jus – aspek negatif terlihat lebih besar sementara hadiahnya terdevaluasi.

Para peneliti juga menemukan bahwa aktivitas gelombang otak di nukleus kaudatus mereka berubah ketika pola pengambilan keputusan berubah.

Baca juga: Solusi Membersihkan Tinja Manusia yang Membanjiri Gunung Everest

Langkah selanjutnya adalah melihat apakah efek yang sama juga dapat terlihat pada manusia.

Sebelumnya, para ilmuwan telah mengaitkan aktivitas otak yang abnormal dengan gangguan mood seseorang ke wilayah yang terhubung langsung dengan nukleus kaudatus. Meski begitu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi koneksi saraf-saraf tersebut.

Tidak mudah membuat kemajuan terkait hal ini, mengingat adanya kerumitan pada susunan otak. Namun, para peneliti mengatakan bahwa hasil studi mereka sejauh ini menunjukkan bahwa nukleus kaudatus dapat mengganggu aktivitas dopamin – hormon yang mengatur mood dan kesenangan – di otak.

Penelitian terbaru tersebuit dipublikasikan pada Neuron.