Pembangunan Bendungan Ancam Kehidupan Orangutan Tapanuli yang Langka

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 13 Agustus 2018 | 16:17 WIB
Orangutan Tapanuli di habitatnya di Batang Toru. (Tim Laman/National Geographic)

Kini, masalah semakin diperparah dengan pembangunan waduk di habitat paling penting bagi orangutan, sebuah wilayah dengan kepadatan populasi tertinggi. Mengarahkan mereka kepada kepunahan.

North Sumatera Hydro Energy, perusahaan di balik proyek ini, mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga air tidak akan dibangun di hutan utama. Selain itu, 650 hektar lahan yang terganggu akan dikembalikan ke keadaan yang mendekati aslinya.

Namun, menurut Laurance, alasan ini lagi-lagi tak masuk akal. “Klaim ini sangat konyol. Perusahaan juga harus dihukum karena mencoba membingungkan publik dan melawan kesimpulan ilmiah yang kuat,” katanya.

Baca juga: Kuda Laut Warna-Warni Asal Jepang yang Terlihat Seperti Butiran Beras

Bendungan Batang Toru dijadwalkan mulai beroperasi pada 2022 dan menghasilkan 510 megawatt listrik.

Para pemerhati lingkungan mempertanyakan dasar kebutuhan proyek ini. Pasalnya, Sumatra saat ini memiliki kelebihan produksi listrik. Selain itu, terdapat proyek listrik dari panas bumi di sana yang bisa dimanfaatkan tanpa berdampak pada orangutan.

Pada 25 Juli lalu, para ilmuwan telah mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk menghentikan proyek pembangkit listrik tenaga air demi melindungi habitat orangutan Tapanuli.

Avaaz, organisasi aktivis global, juga sudah mengumpulkan 1,2 juta tanda tangan dalam petisi daring yang meminta Presiden Jokowi untuk membatalkan pembangunan tersebut.