Gajah Terlindung dari Kanker Karena Gen Zombie Dalam Tubuhnya

By Mar'atus Syarifah, Kamis, 16 Agustus 2018 | 14:04 WIB
Gajah sangat sosial dan membentuk kelompok keluarga yang ketat (Michael Nichols/National Geographic Creative)

Nationalgeographic.co.id - Manusia dan gajah sama-sama memiliki rentang hidup sekitar 70 tahun. Menariknya, gajah memiliki sekitar 100 sel kanker lebih banyak daripada manusia. Meskipun demikian, hanya 5 persen dari gajah di dunia yang diprediksi mati karena kanker. Sedangkan manusia memiliki angka yang lebih besar. Diperkirakan 17 persen manusia di dunia meninggal karena kanker.

Mencoba mengungkapkan fenomena tersebut, peneliti dari University of Chicago melakukan penelitian yang hasilnya dimuat dalam jurnal Cell Reports

Peneliti menjelaskan bahwa manusia dan hewan sama-sama memiliki satu salinan gen p53 yang bekerja sebagai penekan tumor. Gen ini memungkinkan tubuh untuk mengenali DNA yang rusak dan tidak diperbaiki. 

Namun, tak diduga, mereka menemukan bahwa gajah ternyata memiliki 20 salinan p53. Hal tersebut membuat sel gajah secara signifikan lebih sensitif terhadap DNA yang rusak.

Baca Juga: Potongan Kapal Dari Perang Dunia II Ditemukan di Lepas Pantai Alaska

"Gen-gen tersebut menduplikasi sepanjang waktu, meskipun terkadang mereka membuat kesalahan dengan menghasilkan versi non-fungsional yang dikenal sebagai pseudogen, kita sering menyebut ini sebagai gen yang mati," kata Vincent Lynch, Ph.D., dari University of Chicago.

Saat mempelajari gen p53 pada gajah, peneliti menemukan bahwa pseudogene yang disebut leukemia inhibitory factor 6 (LIF6) justru berevolusi. Seperti bangkit dari kematian, LIF6 berubah menjadi gen kerja yang berharga. 

Gajah memiliki delapan gen LIF, tetapi hanya LIF6 yang diketahui berfungsi. LIF6 yang diaktifkan oleh p53 bekerja untuk merespon DNA yang rusak dengan membunuh sel. Gen LIF6 membuat protein yang berjalan ke mitokondria - sumber energi utama sel. Protein itu menusuk lubang di mitokondria sehingga menyebabkan sel mati.

"Seperti zombie, gen yang sudah mati kembali hidup, ketika gen tersebut dihidupkan oleh DNA yang rusak, ia membunuh sel itu dengan cepat, ini menguntungkan, karena dapat merespons terhadap kesalahan genetika, kesalahan yang dibuat ketika DNA sedang diperbaiki, dengan membunuh sel dapat mencegah kanker yang datang," kata Lynch.

Baca Juga: Siapa Sangka, Orangutan Ternyata Memiliki Pengetahuan Obat-Obatan

"Kita dapat menggunakan trik evolusi untuk mencoba mencari tahu kapan gen yang mati ini menjadi berfungsi kembali," kata Lynch. 

Peneliti menjelaskan bahwa hewan yang berukuran besar cenderung berumur panjang. Badan yang besar juga berarti memiliki sel yang lebih banyak pula. Hewan seperti gajah memiliki pegembangan mekanisme yang kuat untuk menekan atau menghilangkan sel-sel kanker.

Penemuan tersebut diyakini oleh peneliti memainkan peran penting dalam pengembangan dunia medis pada manusia. Penelitian lebih lanjut akan mencari tahu lebih dalam mengenai p53 dan LIF6, sehingga dapat membuka jalan untuk mengembangkan obat. Cara kerjanya adalah dengan meniru fungsi dari dua gen yang secara alami ditemukan pada gajah.

Namun, menurut peneliti, pengembangan dari penemuan tersebut diprediksi akan memakan waktu yangcukup lama. "Mengembangkan pengobatan terbaru adalah proses yang sangat rumit dan butuh beberapa dekade," ucap Lynch.